Belajar Damai dari Survivor Disabilitas: Peserta Ujian CPNS Kemenag

25 Des 2024
Belajar Damai dari Survivor Disabilitas: Peserta Ujian CPNS Kemenag
Tim Penguji SKB CPNS untuk formasi Analis Kebijakan di Kementerian Agama.

Jakarta (BMBPSDM)---Hari itu, 24 Desember 2024, suasana penuh semangat memenuhi ruang virtual tempat saya. Bersama dua kolega, Haris Burhani dan Muhammad Iqbal, kami melaksanakan tugas sebagai penguji Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) Tambahan untuk formasi Analis Kebijakan di Kementerian Agama.

 

Ujian tersebut dikhususkan bagi para survivor disabilitas yang berjuang untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Badan Litbang dan Diklat Kemenag yang kini menjadi Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM).

 

Saya memandang layar laptop, di mana wajah-wajah peserta terpampang satu per satu. Hari ini, ada tujuh peserta yang kami uji, berasal dari berbagai daerah—Aceh, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kupang, hingga Salatiga. Meskipun prosesnya dilakukan secara daring, semangat para peserta tetap terpancar kuat.

 

Setiap peserta yang tampil memiliki cerita yang menginspirasi. Keteguhan hati mereka dalam menghadapi ujian, sukacita yang mereka tunjukkan meski berada dalam kondisi yang sulit, dan mimpi besar mereka untuk berkontribusi bagi negeri ini membuat saya merasa rendah hati. “Seharusnya hari ini aku yang menguji mereka, namun justru aku yang belajar dari mereka,” ujar saya dalam hati.

 

Ada salah satu peserta menarik perhatian saya. Pemudi itu memiliki senyum yang menenangkan, meski matanya memiliki keterbatasan. Ketika giliran wawancara tiba, saya tak dapat menahan rasa ingin tahu. Saya tanyakan bagaimana dia bisa tetap optimis dan terus bermimpi besar di tengah kondisi demikian.

 

Jawaban sang peserta begitu tulus dan menggetarkan hati.

 

“Saya belajar untuk menerima takdir dan bersyukur. Allah Subhanahu wa taala memberikan hidup ini dengan segala kondisi yang menyertainya. Jika kita berdamai dengan takdir dan bersyukur, maka Tuhan akan memberikan kekuatan,” kata peserta itu.

 

“Saya juga belajar untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang punya perjalanan masing-masing, dan saya memilih mencintai diri sendiri dan menghargai proses saya. Yang paling penting, saya fokus pada kelebihan yang saya miliki. Kekurangan bukanlah batasan, melainkan peluang untuk belajar dan berkembang,” imbuhnya dengan rendah hati.

 

Hati saya bergemuruh. Jawaban itu mengingatkan saya pada makna kehidupan yang sering terlupakan dalam hiruk-pikuk tugas dan tanggung jawab. Saya melihat peserta lainnya memiliki semangat yang sama. Setiap dari mereka tidak menjadikan keterbatasan fisik sebagai penghalang, melainkan sebagai dorongan untuk menjadi lebih kuat dan mandiri.

 

Setelah ujian selesai, saya duduk merenung. Sebagai seorang Kristen yang sedang menyambut Natal, pengalaman hari itu terasa seperti hadiah yang tak ternilai. Saya teringat akan makna Natal sebagai simbol pengharapan. Kisah Orang Majus yang dituntun oleh bintang dari Timur seolah mengingatkan saya untuk percaya pada penyertaan Tuhan.

 

Dalam hati, saya menggumam, jika para survivor disabilitas ini bisa melihat kekuatan dalam dirinya dan tetap optimis, maka kita, sebagai bangsa, juga harus bisa melihat kekuatan kita sendiri. Kita telah melalui banyak tantangan seperti pilkada serentak yang relatif aman, pergantian kekuasaan yang damai. Tuhan tidak pernah meninggalkan bangsa ini

 

Negeri ini, dengan segala keberagaman dan tantangannya, adalah cerminan dari semangat para survivor yang saya temui. Seperti mereka yang tidak menyerah pada keterbatasan, kita sebagai bangsa harus terus melangkah maju. Dari Sabang hingga Merauke, potensi dan kekayaan budaya kita adalah modal luar biasa untuk menghadapi masa depan.

 

Saya menatap ke luar jendela, melihat bintang yang berkilauan di langit malam. Saya tahu, harapan selalu ada bagi mereka yang percaya. Dan hari itu, di tengah tugas saya sebagai penguji, saya menemukan pelajaran tentang semangat, keteguhan hati, dan mimpi besar dari para peserta ujian yang luar biasa.

 

Natal ini, saya merasakan damai yang mendalam, yakin bahwa masa depan bangsa ini tetap cerah, karena Tuhan selalu menyertai mereka yang berjuang dengan tulus. Selamat merayakan Natal bagi seluruh Umat Kristen dan Katolik Indonesia.

 

(Deva Sebayang)

Penulis: Deva Sebayang
Sumber: Deva Sebayang
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI