Deteksi Dini, Minimalisir Konflik Bernuansa Agama

28 Sep 2023
Deteksi Dini, Minimalisir Konflik Bernuansa Agama
Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kaban) Prof. Suyitno saat menyampaikan arahan pada Forum Group Discussion (FGD) Resolusi Konflik Bernuansa Agama di Bandung, Rabu (27/9/2023). (Foto: Nova).

Bandung (Balitbang Diklat)---Dalam meminimalisir terjadinya konflik beragama di tahun politik ini, Balibang Diklat Kemenag berupaya untuk melakukan mitigasi sejak dini.

“Pada dasarnya, kita bukanlah orang yang harus menyelesaikannya sampai tuntas. Tetapi, kita bisa melakukan apa yang disebut dengan mitigasi atau mendeteksi dini. Paling tidak, bagaimana mencari titik temu ketika terjadi potensi itu,” ujar Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Suyitno dalam Forum Group Discussion (FGD) Resolusi Konflik Bernuansa Agama di Bandung, Rabu (27/9/2023).

Menurutnya, potensi yang mengarah pada konflik pasti banyak, bukan hanya persoalan-persoalan agama, bisa jadi persoalan sosial dan ekonomi. Tapi, memang yang paling seksi biasanya adalah persoalan agama, tidak mustahil juga persoalan suku.

“Agama adalah hal yang paling seksi dengan potensi mudah disulut dan dibentur-benturkan ke ruang publik. Maka diskusi ini harus mengulas peran kita ketika potensi itu terjadi,” jelas Kaban Suyitno.

Merujuk dari riset Setara Institute, ia menyampaikan bahwa di kota-kota besar seperti Bandung, relasi agama bisa memasuki indikator warna kuning. Hal itu tergantung dari bagaimana semua elemen dapat bersinergi menuju warna hijau.

“Bagaimana kita semua yang merupakan keyperson masing-masing umat dapat berperan agar warna kuning tersebut tidak menuju merah, tapi bisa menuju hijau,” tuturnya.

Itulah urgensi untuk menjaga dan mendiskusikan, termasuk mencari upaya yang sistemik dan sistematis terhadap persoalan yang ada. “Agar sebagai tokoh agama tidak boleh sembarangan dalam menyampaikan pesan-pesan politik ke publik, apalagi kalau itu berpotensi mengandung unsur-unsur conflict of interest,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa jika terjadi suatu benturan pada umat, maka yang paling rugi adalah masyarakat Indonesia. “Pada dasarnya yang kita lakukan hanya pada permukaan saja, karena belum mencari akar masalahnya. Maka rule of problem menjadi penting. Dengan itu, kita dapat mengetahui apa akar masalah dari konflik yang terjadi, jangan sedikit-sedikit ditarik ke agama,” tandasnya.

Najib/diad

Penulis: ahmad nasiin najib
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI