Gelar Dialog Lintas Agama (DLA) ke-5 di Beograd, Serbia: Membawa Pesan Moderasi Beragama ke Tingkat Global

12 Nov 2024
Gelar Dialog Lintas Agama (DLA) ke-5 di Beograd, Serbia: Membawa Pesan Moderasi Beragama ke Tingkat Global
Dialog Lintas Agama (DLA) ke-5 di Beograd, Serbia, pada 11-14 November 2024.

Beograd (Balitbang Diklat)---Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama RI kembali menunjukkan komitmennya dalam mempromosikan moderasi beragama dan toleransi global melalui penyelenggaraan Dialog Lintas Agama (DLA) ke-5 di Beograd, Serbia, pada 11-14 November 2024. Kegiatan ini menghadirkan lebih dari 200 peserta yang terdiri dari pemuka agama, akademisi, diplomat, dan aktivis masyarakat sipil dari berbagai negara.

 

Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, PKUB berencana untuk memperluas kegiatan serupa di berbagai negara, terutama di kawasan yang rentan konflik berbasis agama. Kegiatan di Serbia menjadi pilot project untuk program kerukunan internasional PKUB, yang bertujuan membangun jejaring perdamaian lintas negara.

 

Kepala PKUB Adib Abdushomad mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi awal dari kolaborasi yang lebih luas dan membawa pesan moderasi beragama ke tingkat global. Menurutnya inisiatif ini dapat mendorong lebih banyak dialog  dan kerja sama antaragama di seluruh dunia, sehingga perdamaian yang berkelanjutan dapat terwujud.

 

Interfaith dialogue ini sangat penting bagi kami, untuk mempromosikan dan menjadikan Indonesia sebagai referensi kerukunan beragama bagi dunia," ujarnya dalam opening remarks-nya.

 

Ia juga menambahkan bahwa dialog antaragama dapat menjadi solusi untuk menghadapi berbagai tantangan global, termasuk ekstremisme dan intoleransi. “Dialog ini bukan hanya tentang diskusi formal saja, kemudian selesai. Tapi terus berkelanjutan. Inilah yang kami lakukan di Indonesia, dan kami berharap dapat membagikan pengalaman toletansi beragama di sini, di Serbia,” tambahnya.

 

Hal serupa dikatakan Duta Besar Indonesia untuk Serbia M. Chandra Widya Yudha. Menurutnya dengan suksesnya kegiatan ini, Indonesia kembali menegaskan perannya sebagai pelopor moderasi beragama dan pembawa pesan damai di panggung internasional, membuktikan bahwa keragaman bisa menjadi sumber kekuatan untuk menciptakan dunia yang lebih harmonis.

 

“Dialog lintas agama telah menjadi pilar utama dalam mempromosikan kerukunan, persatuan dan kesatuan di Indonesia. Dialog lintas agama secara bilateral dengan Serbia akan memperkuat upaya kolaboratif kedua negara untuk menjawab tantangan masyarakat modern seperti perubahan iklim dan kesadaran ekologis yang berkelanjutan, sehingga pada akhirnya akan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas global," M. Chandra Widya Yudha. 

 

Selama tiga hari pelaksanaan, DLA ke-5 diisi dengan berbagai sesi diskusi oleh para rektor perguruan tinggi keagamaan Indonesia yang membahas tema-tema strategis seperti moderasi beragam, penguatan pendidikan toleransi, dan peran agama dalam pembangunan sosial.

 

Sejumlah narasumber dari Indonesia berpartisipasi dalam dialog tersebut, antara lain Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama Muhammad Adib Abdushomad, Wakil Sekjen PBNU Safira Machrusah, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Prof Jamhari Makruf, perwakilan Institut Agama Kristen Negeri Manado Dr Olivia Cherly Wuwung, perwakilan Sekolah Tinggi Agama Budha Negeri Sriwijaya Tangerang Dr Li Edi Ramawijaya Putra, Rektor UIN Mataram Prof Masnun Tahir, perwakilan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja Dr I Gde Suwindia, President OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita, serta jurnalis SEA Today Anak Agung Ngurah Ariya.

 

H.Masnun, Rektor Universitas Islam Negeri Mataram dalam sesi diskusi menyampaikan bahwa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), tokoh agama memegang peran sentral dalam mediasi dan resolusi konflik, terutama dengan memperhatikan aspek keberagaman kultur yang ada di masyarakat.

 

Lombok dikenal dengan keberagaman etnis dan agama, seperti suku Sasak, Bali, dan Jawa. Serta adanya perbedaan agama seperti Islam, Hindu, Buddha, Kristen (Protestasn dan Katolik) dan juga Konghuchu. Tokoh agama, dengan pemahaman mendalam tentang ajaran agama masing-masing, sering menjadi mediator yang mampu menyeimbangkan kepentingan berbagai kelompok.

 

“Mereka memanfaatkan nilai-nilai ajaran agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, dan saling menghormati untuk meredakan ketegangan antar kelompok dan memfasilitasi dialog yang membangun rasa saling pengertian,” ungkap Masnun.

 

Sedangkan rektor Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten, Edi Ramawijaya Putra mengatakan toleransi adalah ko-kreasi bukan usaha sendiri-sendiri yang parsial. Dalam konteks Indonesia, kekuatan membentuk harmonisasi umat beragama tidak hanya berasal dari ideologi negara tapi juga budaya yang hidup dan menjadi kearifan lokal.

 

“Umat Buddha dan ibadah beragama Buddha di Indonesia telah menjadi bagian dari tradisi kultural yang unik menyatu dengan spiritualitas agama yang tidak dapat dipisahkan. Serbia dan Indonesia memiliki cita-cita yang sama yaitu memberikan kepastian penghormatan terhadap semua agama,” paparnya.

 

Acara DLA ke-5 ini mendapat tanggapan positif dari para peserta dan akademisi Serbia. Banyak pihak mengapresiasi peran Indonesia dalam memperkenalkan konsep moderasi beragama sebagai model untuk menjaga kerukunan di masyarakat multikultural.

 

Dengan suksesnya penyelenggaraan Dialog Lintas Agama (DLA) ke-5 di Beograd, PKUB Kementerian Agama RI semakin memperkuat perannya sebagai pelopor moderasi beragama di kancah internasional. Kegiatan ini diharapkan menjadi pemicu untuk lebih banyak dialog dan kolaborasi serupa di masa depan, guna menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis. Let's contributing to peace together!

 

(Aris W. Nuraharjo)

Penulis: Aris W. Nuraharjo
Sumber: Kontributor
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI