Guru Pendidikan Agama Harus Sampaikan Wawasan Moderasi Beragama kepada Murid-Muridnya
Jakarta (Balitbang Diklat)---Guru memiliki target audiensnya murid-murid di sekolah, berkesempatan untuk menyampaikan wawasan dasar moderasi beragama dan realitas keberagaman beragama serta dimanikanya kepada murid-muridnya.
“Kita, sebagai guru pendidikan agama Katolik, Islam, Kristen, Budha, memiliki tugas yang sama, mengedukasi generasi muda agar memiliki visi yang sama tentang masa depan bangsa ini. Bangsa ini harus terus berlanjut dan survive,” ucap Sekretaris Badan (Sesban) Litbang dan Diklat Prof. Arskal Salim.
Sesban mengatakan hal tersebut saat menjadi pembicara pada kegiatan Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama Guru Pendidikan Agama Katolik Tingkat Dasar di Jakarta, yang diselenggarakan oleh Ditjen Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama di Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Menurut Sesban, Indonesia adalah negara yang bermasyarakat religius dan majemuk, meskipun bukan negara agama. Masyarakat sangat lekat dengan kehidupan beragama, dan kemerdekaan beragama dijamin oleh konstitusi.
“Menjaga keseimbangan antara hak beragama dan komitmen kebangsaan menjadi tantangan bagi setiap warga negara, dan kearifan lokal yang ada di setiap wilayah itu yang akan menjadi modal kita untuk merawat kebinekaan,” ujarnya.
Konstitusi, kata Sesban, sudah menjamin satu pengakuan bahwa kita hidup di bawah konstitusi dan harus mampu merawat persatuan dan kesatuan bangsa ini, untuk kita wariskan kepada generasi masa depan.
“Masyarakat kita yang majemuk, harus siap hidup bersama dan berdampingan dengan latar belakang yang berbeda. Tidak hanya agama, tetapi juga dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa, dan adat istiadat,” imbuh Sesban.
Pada kesempatan tersebut, Sesban juga mengungkapkan hasil sensus tahun 2020 menunjukkan penduduk Indonesia lebih dari 270 juta. Masyarakat hidup tidak berkavling-kavling, tetapi saling penetrasi antar agama, suku bangsa, dan antar perbedaan-perbedaan semua hidup bersama-sama.
“Dari populasi tersebut, terdapat tiga kelompok besar yang memiliki peran. Pertama, kaum urban yang tinggal di perkotaan besar. Karakter kaum urban ini adalah sibuk bekerja, dan memiliki waktu yang kurang untuk berinteraksi dengan tetangga,” ungkapnya.
Kedua, lanjut Sesban, adalah kelompok kelas menengah. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kaum urban. Karakterisitiknya kelompok ini memiliki kemampuan daya beli di atas rata-rata. Ketiga, kelompok masyarakat milenial.
“Jumlah masyarakat milenial ini sekitar 34%. Kalau sekarang populasi Indonesia didominasi oleh generasi muda, maka tugas kita adalah menyiapkan mereka untuk menggantikan kita lebih baik lagi,” pungkasnya. (Barjah/bas/sri)