Hadapi Era Revolusi Industri 4.0, Kaban Ajak Kembangkan Karakter
Bogor (22 November 2018). Dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 yang memicu aneka permasalahan bangsa, pemerintah mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa menjadi arus utama pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya pembangunan harus selalu dipikirkan keterkaitan dan dampaknya terhadap pengembangan karakter.
Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kaban Litbang Diklat) Kemenag RI Abd. Rahman Ma’sud menegaskan hal itu ketika menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional Pendidikan Agama Islam bertema Facing The Challenges of Industrial Revolution 4.0.Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Kamis (22/11).
Upaya tersebut, lanjut Kaban, tercermin dalam misi pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan karakter sebagai poin pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional. Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (UU No 17 Tahun 2007), yakni terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila.
“Karakter itu dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi IPTEK,” paparnya.
Karena seminar ini tentang Pendidikan Agama Islam, Kaban ingin memfokuskan pada strategi pengembangan karakter bangsa melalui pendidikan. Pendidikan merupakan tulang punggung pembentukan karakter bangsa. Strategi pengembangan karakter bangsa melalui pendidikan dapat dilakukan dengan pendidikan, pembelajaran, dan fasilitasi.
Kaban juga mengingatkan, bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak 2016. Pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak.
“Dalam buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025, secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, orah rasa dan karsa. Pendidikan karakter merupakan proses memadukan empat unsur tersebut,” jelas Doktor jebolan UCLA Amerika Serikat ini.
Olah hati, lanjut Kaban, berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan atau keimanan sehingga menghasilkan indikator dalam implementasi menjadi manusia religius, jujur, tanggung jawab, peduli sosial dan peduli lingkungan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Hal itu menghasilkan indikator implementasi manusia cerdas, kreatif, gemar membaca, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
“Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas serta menghasilkan indikator manusia yang sehat dan bersih. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tercermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan yang kemudian menghasilkan indikator manusia yang peduli dan dapat bekerja sama,” paparnya.
Sebagai kalimat penutup, Kaban menyampaikan empat poin utama. Pertama, pembentukan karakter peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Sebab, keluarga berkarakter dapat membangun masyarakat berkarakter pula. Kedua, perlu konten pengajaran yang berorientasi pada nilai-nilai etika dan moral melalui bimbingan yang intensif dan komprehensif.
Ketiga, di era milenial, orang tua dan guru harus senantiasa mendampingi anak dalam mengembangkan akhlakul karimah secara berkesinambungan. Keempat, diperlukan internalisasi dan diseminasi pendidikan agama Islam yang santun, toleran, danrahmatan lil alamin,” ujar Mas’ud menutup pidato.[]
Musthofa Asrori/diad