Hadapi Tantangan Global, Akademisi Wajib Punya Skill Menulis

23 Mei 2023
Hadapi Tantangan Global, Akademisi Wajib Punya Skill Menulis
Kepala Balitbang Diklat Prof. Suyitno saat menyampaikan arahan pada Diseminasi dan Workshop Kepenulisan Moderasi Beragama bagi Kalangan Gen Z dan Milenial, Selasa (23/5/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Menulis menjadi salah satu skill dan talent yang wajib dimiliki akademisi. Arkanul jami’ah (rukun universitas) pun mendorong seluruh pihak yang terlibat di kampus untuk memiliki kompetensi menulis.

“Sejak jenjang S1, kompetensi menulis menjadi arkanul jami’ah. Rukunnya universitas adalah menulis. Jika kampus tidak ada produktivitas menulis, maka rukunnya kampus tidak sah,” ujar Kepala Balitbang Diklat Prof. Suyitno saat memberi arahan pada kegiatan Diseminasi dan Workshop Kepenulisan Moderasi Beragama bagi Kalangan Gen Z dan Milenial, Selasa (23/5/2023).

Menurut Kaban, karena memiliki tanggung jawab menegakkan rukun universitas, maka kemampuan menulis sudah harus disemai dan dirintis sejak menjadi mahasiswa.

“Menulis harus dirintis sebagai sebuah hobi dan habits, sehingga ketika tidak menulis ada ‘something wrong’ yang dirasakan,” tuturnya melalui zoom meeting.

Lebih lanjut, Kaban memaparkan bahwa World Economic Forum telah merilis Top 10 Skills yang perlu dikuasai untuk menghadapi tantangan baru. Hal tersebut seharusnya sudah direspons oleh akademisi, baik dosen maupun mahasiswa.

Untuk merespon tantangan masa depan tersebut, maka perlu memodifikasi struktur kurikulum dengan memberikan bekal analytical thinking and innovation kepada mahasiswa.

“Pertama, sejak awal mahasiswa diberikan penguatan skills untuk berpikir dengan basis analisis yang kuat. Biasanya bekal ini diperoleh dari kegiatan luar kampus yang bersifat kemitraan,” kata pria asal Tulungagung ini.

Kegiatan luar kampus tersebut dapat memberikan asupan gizi akademik kepada mahasiswa untuk menyambut tantangan dunia kerja di masa depan.

Kedua, pentingnya melaksanakan active learning yakni belajar kapan saja dan di mana saja. Self learning bisa dilakukan di ruang publik yang sifatnya tidak profesional.

“Jika mahasiswa telah aktif melaksanakan self learning, artinya ia telah mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan,” ungkapnya.

Modal terakhir, lanjut Kaban, untuk menghadapi tantangan ke depan yaitu membekali mahasiswa untuk terbiasa melakukan critical thinking. Ketiga hal tersebut, terdapat dalam proses penulisan.

“Orang-orang yang sejak dini mengasah kemampuan menulis, maka pada saat yang sama sedang mengasah berpikir kritis, membangun analisis yang kuat, dan self learning,” kata Guru Besar UIN Raden Fatah ini.

Menutup arahan, Kaban berpesan agar mahasiswa bersiap diri menghadapi tantangan. “Jadilah anak muda yang paham mengenai tantangan masa depan,” tandasnya.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Arfi Hatim mengatakan kegiatan ini bertujuan meningkatkan kompetensi penulisan, khususnya dalam konteks diseminasi Moderasi Beragama.

“Karya tulis ini diharapkan dapat memperkaya khazanah dan literasi mengenai Moderasi Beragama,” kata Kapus Arfi.

Kegiatan Diseminasi dan Workshop Kepenulisan Moderasi Beragama bagi Kalangan Gen Z dan Milenial terselenggara atas kerja sama Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan dengan Yayasan Cendekia Muda Madani, dan FTIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Diad/Sr

Penulis: Dewi Indah Ayu
Editor: Sri Hendriani/Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI