Inovasi Teranyar! Segera Hadir SIJAWARBA
Jakarta (Balitbang Diklat)---Di era digital semakin maju ini, pelestarian warisan budaya menjadi salah satu prioritas bersama. Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kementerian Agama menggagas kebijakan kolaboratif dalam mewujudkan konservasi dan digitalisasi manuskrip dan khazanah keagamaan Indonesia.
“Gagasan itu diwujudkan melalui Sistem Informasi Pelayanan Terpadu melalui Sistem Informasi Jaga Warisan Bangsa yang disingkat SIJAWARBA sebagai upaya konservasi dan digitalisasi manuskrip dan khazanah keagamaan,” ujar Analis Kebijakan Ridwan Bustaman di Jakarta, Selasa (16/7/2024).
Menurut Ridwan, pelaksanaan konservasi dan digitalisasi itu dengan metode kodikologi yaitu ilmu yang mempelajari semua aspek fisik dari naskah kuno, seperti bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulis naskah.
“Dalam konteks pembuatan SIJAWARBA, kodikologi berfungsi sebagai landasan untuk pengumpulan data yang akurat dan detail. Informasi yang diperoleh dari studi kodikologi dapat diintegrasikan ke dalam basis data digital yang dapat diakses oleh berbagai pihak,” ucap Ridwan.
Sistem informasi, lanjut Ridwan, tidak hanya memudahkan akses terhadap warisan budaya bangsa, tetapi juga memastikan bahwa data yang disajikan akurat dan dapat dipercaya.
Saat ini banyak hasil karya peneliti Balitbang Diklat yang tidak dimanfaatkan dan hanya tersimpan begitu saja. “Jangan biarkan manuskrip kita hanya berakhir di brankas, tetapi juga jangan asal-asalan dalam melakukan konservasi dan digitalisasi,” sambungnya.
Selain itu, Ridwan juga menyoroti banyak hasil digitalisasi manuskrip hanya berupa gambar tanpa keterangan tambahan, sehingga sulit untuk dipelajari. “Jika SIJAWARBA mengikuti prinsip kodikologi, kita akan mendapatkan informasi seperti jenis kertas manuskrip, umur manuskrip, penulis, dan tempat penulisannya,” pungkasnya.
Keberadaan sistem informasi berbasis kodikologi ini diharapkan akan memberikan peluang untuk kolaborasi antar kementerian dan lembaga. Peneliti dan institusi dari berbagai kementerian dan lembaga berkolaborasi seperti BRIN, Kemendikbudristek, Perpusnas, dan ANRI sehingga memperkaya manuskrip keagamaan. (Rois Maulana/Barjah/bas)