Islage, Bukti Transformasi Ekosistem Penelitian Warisan Keagamaan di Indonesia

2 Agt 2023
Islage, Bukti Transformasi  Ekosistem Penelitian Warisan Keagamaan di Indonesia
Kepala Organisasi Riset (OR) Arkeologi Bahasa dan Sastra (Arbastra), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Herry Yogaswara saat menyampaikan keynote speech pada The 4th International Symposium on Literature and Heritage in Religious Studies (Islage) di Yogyakarta, Rabu (2/8/2023).

Yogyakarta (Balitbang Diklat)---Ekosistem penelitian tentang sastra dan warisan keagamaan di Indonesia tengah mengalami perubahan yang signifikan. The 4th Islage yang diinisiasi Kemenag dan BRIN memberikan landasan kuat bagi transformasi ekosistem penelitian menuju lebih modern dan terarah.

Hal tersebut dikatakan Kepala Organisasi Riset (OR) Arkeologi Bahasa dan Sastra (Arbastra), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Herry Yogaswara saat menyampaikan keynote speech pada The 4th International Symposium on Literature and Heritage in Religious Studies (Islage). Kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara Kementerian Agama dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Kami melihat peran Kementerian Agama sebagai pionir dalam menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan melalui penelitian tentang sastra dan warisan keagamaan. Salah satu tonggak penting dalam perubahan ini adalah penyelenggaraan ISLAGE yang diinisiasi oleh Kementerian Agama," tuturnya di Yogyakarta, Selasa (2/8/2023).

Menurut Herry, forum ilmiah internasional tersebut menjadi wadah diskusi esensial bagi para peneliti, akademisi, dan aktivis sosial dari berbagai latar belakang, baik lokal maupun internasional. Fokus utama ISLAGE adalah sastra dan warisan keagamaan yang menjadi jembatan penghubung berbagai aspek zaman.

"ISLAGE membawa pesan penting bahwa studi tentang sastra dan warisan keagamaan memiliki peranan sebagai penghubung antara masa lalu dan masa depan, serta menginspirasi perubahan yang lebih baik," tegasnya.

Lebih lanjut, Herry mengatakan bahwa di tengah isu-isu keagamaan kontemporer seperti radikalisme, terorisme, intoleransi, dan moderasi agama, pertanyaan yang muncul adalah apakah solusi yang ditawarkan merujuk pada pendekatan historis dan budaya yang lebih dalam.

“Forum ISLAGE telah membuka ruang untuk menjawab pertanyaan tersebut melalui diskusi terbuka dalam tim,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, lanjut Herry, forum ISLAGE juga memperkaya dimensi nasional dengan berfokus pada penelitian masyarakat sosial yang berhubungan dengan agama dan warisan.

"Situasi saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam ekosistem penelitian di Indonesia, dan Kementerian Agama berada di garda depan dalam memimpin perubahan ini menuju arah yang lebih cerah," tandasnya.

M. Rifqy/diad

Penulis: Muhammad Rifqi Fauzi
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI