Jangan Asal Ceramah! Begini Cara Menyampaikan Pesan Dakwah yang Efektif

13 Jan 2025
Jangan Asal Ceramah! Begini Cara Menyampaikan Pesan Dakwah yang Efektif
Seri Berbagi Ilmu Pengetahuan yang dilaksanakan Pusdiklat Tenaga Teknis di Ciputat, Senin (13/1/2025).

Ciputat (Balitbang Diklat)---Seri Berbagi Ilmu Pengetahuan yang dilaksanakan Pusdiklat Tenaga Teknis hari ini menghadirkan dua narasumber kenamaan, yaitu Solahuddin Siregar dari Pusdiklat Tenaga Teknis dan Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan SDM Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Rubiyanah.

 

Acara ini disiarkan secara langsung melalui YouTube dan Instagram Pusdiklat Teknis dari ruang Smartclass. Para narasumber secara mendalam membahas materi etika dakwah yang efektif di era media sosial.

 

Solahuddin dalam pemaparannya menjelaskan bahwa “dakwah bil lisan” (ceramah lisan) merupakan metode dakwah yang paling banyak digunakan di Indonesia. Namun, ia menekankan bahwa dakwah tidak hanya mengandalkan ceramah lisan, tetapi juga meneladani Rasulullah SAW yang lebih dahulu menyampaikan Islam melalui perbuatan (dakwah bil hal).

 

"Rasulullah SAW menjadi contoh dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Jika ingin dakwah yang lebih efektif, kita harus mencontohkan terlebih dahulu apa yang kita dakwahkan," ujar Solahuddin di Ciputat, Senin (13/1/2025).

 

Lebih lanjut, Solahuddin mengutip Surah An-Nahl ayat 125 yang menyebutkan bahwa dakwah harus dilakukan dengan hikmah (kebijaksanaan) dan mau'izhah hasanah (nasihat yang baik). Menurutnya, dakwah yang efektif adalah dakwah yang disampaikan dengan cara bijaksana, tidak hanya mengandalkan kata-kata, tetapi juga memperhatikan konteks budaya dan situasi. 

 

“Misalnya, saat ceramah di daerah Betawi, kita perlu mengetahui budaya mereka, karena kalimat yang dianggap baik di kampung halaman kita, bisa saja tidak diterima dengan baik di tempat lain,” jelasnya.  

 

Sementara itu, Rubiyanah memberikan pandangannya tentang peran seorang dai. Ia menegaskan bahwa seorang dai tidak hanya menyampaikan kebaikan, tetapi juga harus menjadi teladan.

 

“Sebelum menyuruh orang lain untuk berbuat baik atau menghindari kemungkaran, terlebih dahulu dai harus memulai dengan membenahi diri sendiri," tuturnya. 

 

Rubiyanah juga mengingatkan pentingnya pendekatan yang menarik dalam dakwah agar pesan dapat diterima dengan baik. “Dalam ilmu dakwah, untuk membuat pesan sampai kepada audiens, seorang dai harus menggunakan metode tertentu yang menarik dan relevan,” sambungnya.

 

Metode ini, lanjut Rubiyah, bisa termasuk hiburan atau pendekatan yang menyenangkan, seperti dalam acara talkshow atau ceramah yang disiarkan di televisi, yang terkadang menyelipkan elemen permainan atau dialog. 

 

“Meskipun itu sah-sah saja, yang perlu diingat adalah jangan sampai pesan utama dari dakwah terabaikan hanya demi hiburan,” tegasnya.

 

Menjaga Keseimbangan antara Hiburan dan Pesan

 

Rubiyanah menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara hiburan dan pesan dakwah, terutama di media sosial. Menurutnya, hiburan dapat membuat dakwal menjadi lebih menarik, tetapi substansi pesan harus menjadi fokus utama.

 

"Acara yang menyelipkan hiburan memang bisa lebih menarik, tetapi kita harus berhati-hati agar pesan dakwah yang menjadi inti dari ceramah tetap tidak terpinggirkan, jangan sampai pesan utama terdistorsi oleh dominasi hiburan," imbuhnya.

 

Dipandu Syukrillah, acara ini memberikan pemahaman mendalam kepada para peserta mengenai pentingnya etika dalam komunikasi dakwah. Pusdiklat Teknis berharap acara ini dapat menjadi referensi bagi para dai, penceramah, dan masyarakat umum dalam menyampaikan dakwah yang tidak hanya benar, tetapi juga bijaksana, penuh hikmah, dan mengedepankan nilai-nilai positif. 

 

Halimah Dwi Putri

   

 

Penulis: Halimah Dwi Putri
Sumber: Pusdiklat Teknis
Editor: Barjah dan Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI