Jangan Sampai Ada yang Beranggapan Moderasi Beragama itu Tidak Penting

20 Mei 2023
Jangan Sampai Ada yang Beranggapan Moderasi Beragama itu Tidak Penting
Kaban Suyitno memberikan arahan pada acara penutupan Pelatihan ToT dan ToF Kurikulum Merdeka Belajar dan Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama bagi Tokoh Agama Angkatan I dan II di Pusdiklat Ciputat, Sabtu (20/5/2023).

Ciputat (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Suyitno, mengingatkan kepada peserta pelatihan untuk berkomitmen dan mampu mendiseminasikan pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan di pelatihan ini setelah peserta kembali ke daerahnya masing-masing. Kaban menekankan agar peserta kemudian berkomitmen tinggi untuk menyebarluaskan moderasi beragama ke jemaah dan komunitas.

“Jangan sampai ada yang beranggapan Moderasi Beragama itu tidak penting. Tolong Bapak/Ibu sebagai alumni yang ikut pelatihan ini telah digodok, menjelaskan dengan benar kepada umat,” ujar Kaban Suytino.

Hal tersebut disampaikan Kaban saat memberikan arahan pada acara penutupan Pelatihan ToT dan ToF Kurikulum Merdeka Belajar dan Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama bagi Tokoh Agama Angkatan I dan II di Pusdiklat Ciputat, Sabtu (20/5/2023).

Menurut Kaban, negara kita akan ‘ambyar’ (hancur) jika di antara kita tidak mengedepankan toleransi dan harmoni, namun lebih mengedepankan ego sektoral. Akan ada orang luar yang dapat mencabik-cabik dan muncul kelompok-kelompok yang dapat memprovokasi perpecahan di negara kita. Dengan semangat Kaban mengingatkan bahwa peserta memiliki peranan penting dalam mencegah perpecahan persatuan negara. 

Moderasi Beragama, lanjut Kaban, merupakan program unggulan Kementerian Agama di tahun 2023. Hal ini tidak lepas dari pentingnya hidup damai dan harmonis dimana Indonesia memiliki beragam perbedaan, termasuk agama. Agama menjadi hal yang sangat penting, namun juga sensitif di Indonesia. Sehingga rentan muncul provokasi, ataupun kelompok yang memiliki kepercayaan yang berlebihan dan menyudutkan kelompok lain.

Oleh karena itu, kata Kaban, penting bagi kita untuk  memahami, memaknai, dan khususnya untuk peserta pelatihan agar dapat mendiseminasikan moderasi beragama sebagai bagian dari organisasi masyarakat dan lembaga keagamaan. “Pelatihan Penguatan Penggerak Moderasi Beragama adalah bagian untuk memitigasi yang merupakan upaya dari pencegahan. Untuk mengantisipasi hutan kebakaran, kita tidak perlu menunggu sampai timbul api dan terbakar. Mencegah lebih baik dari mengobati,” kata Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.

Di akhir arahan, Kaban menyampaikan mari bergandengan tangan untuk membangun NKRI, membangun bangsa yang harmoni, dan tetap Bhineka Tunggal Ika.

Sebelumnya, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Dr. Mastuki, melaporkan sudah saatnya program-program pelatihan, terutama penggerak penguatan Moderasi Beragama untuk menjangkau organisasi-organisasi keagamaan dan lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia. “Sesuai dengan arahan Kepala Badan Litbang dan Diklat, kami informasikan bahwa 60 orang dari tokoh-tokoh agama telah hadir sebagai perwakilan organisasi-organisasi keagamaan dari seluruh agama, yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, yang dibagi menjadi 2 kelas angkatan,” ungkap Mastuki

Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama bagi Tokoh Agama Angkatan I dan II yang diselenggarakan dari 15 sampai 19 Mei 2023 ini diikuti perwakilan organisasi-organisasi dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah. (Kusuma/bas/sri)

 

Penulis: Kusuma
Editor: Abas/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI