Kaban: Perlu Kolaborasi Riset Agar Hasil Handal
Tangerang Selatan (13 Desember 2017). Penelitian yang dilakukan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama perlu ditindaklanjuti lebih mendalam. Salah satunya kolaborasi dengan berbagai lembaga riset untuk mendapatkan hasil yang handal dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Demikian arahan Kaban Litbang Diklat Kemenag Prof. H. Abdurrahman Mas'ud Ph.D. dalam seminar bertema ‘Radikalisme Agama di Lembaga Pendidikan dalam Perspektif Lembaga Riset.’ Seminar yang dihelat di Hotel Grand Zuri BSD City ini dijadwalkan tiga hari, Rabu-Jumat, 13-15 Desember 2017.
“Yang kedua, perlunya tindak lanjut riset untuk mendapatkan solusi melalui penyusunan bahan kebijakan. Ketiga, penguatan SDM peneliti baik kualifikasi akademik maupun peningkatan kompetensi,” ujar Mas’ud di hadapan peserta seminar, Rabu (13/12) petang.
Kaban berharap, hasil penelitian tersebut harus ditindaklanjuti melalui diklat yang dilakukan Pusdiklat. “Dengan demikian terjadi kolaborasi dan sinergi antara Puslitbang dengan Pusdiklat,” tandas Guru Besar UIN Walisongo Semarang ini.
Mas’ud mencontohkan, hasil penelitian tentang tindak intoleransi dan radikalisme. Peristiwa kekerasan atas nama agama ditengarai telah masuk ke dalam lembaga pendidikan. Beberapa penelitian sudah dilakukan Badan Litbang dan Diklat Kemenag. “Gerakan intoleransi nyata eksistensinya. Dalam beberapa hal sudah mengganggu stabilitas nasional dan NKRI. Maka diperlukan kebijakan yang tegas dari pemerintah,” tegasnya.
Sebagai solusi, tambah Kaban, Kemenag tengah merumuskan langkah strategis dalam upaya mengantisipasi merebaknya intoleransi dan radikalisme melalui pendekatan sejumlah pranata. Pertama, institusi pendidikan. “Ini merupakan target paling rentan terhadap infiltrasi berbagai gerakan radikalisme agama, mengingat peserta didik merupakan sasaran empuk dari aspek sosial psikologis,” ujarnya.
Kedua, kata dia, lembaga keagamaan terutama tempat ibadah, khususnya masjid dan mushalla yang berada di lingkungan kampus atau pemukiman, mengingat sifat tempat ibadah yang terbuka untuk umum dan biasanya sifat manajemennya juga terbuka.
“Ketiga, masyarakat. Fenomena kasus pencucian otak oleh gerakan radikalisme agama terhadap salah satu anggota keluarga bisa meradikalkan seluruh anggota keluarga. Maka sangat penting upaya peningkatan ketahanan keluarga terhadap infiltrasi gerakan radikalisme agama,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Prof. Amsal Bachtiar dalam laporannya mengatakan nilai strategis acara ini. Yakni, dari aspek interaksi peneliti antarlembaga riset dan peningkatan kapasitas peneliti dalam aspek metode dan hasil penelitian. “Saya berharap, acara ini nanti dimaksimalkan para peneliti agar bersinergi satu sama lain,” katanya.
Amsal menambahkan, seminar tersebut dihadiri 100 peserta meliputi para peneliti baik negeri maupun swasta, perwakilan madrasah, pesantren, dan ormas Islam. Sejumlah narasumber yang diundang akan presentasi dalam empat sesi.
“Pertama, dari PPIM UIN Jakarta, Alvara Research Center, dan Puslitbang Penda. Kedua, dari SMRC, Wahid Foundation, LSI, dan Maarif Institute. Ketiga, dari LAKIP, ACDP, dan Lazuardi Biru. Keempat, dari Setara Institute, BNPT, dan Pew Research,” papar Amsal. (Musthofa Asrori/bas)