Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika 2023 Harus Miliki Branding Kuat
Jakarta (Balitbang Diklat)---Hal penting yang perlu disoroti menjelang Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika (KMBAA) 2023 berkenaan dengan persiapan, tema, dan pemilihan narasumber. Dengan waktu yang singkat, hal tersebut seyogyanya memiliki progress yang ideal dan realistis.
Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Prof. Suyitno menyampaikan hal tersebut saat memberi arahan pada Rapat Koordinasi KMBAA di Jakarta. Menurutnya, berkenaan dengan pemilihan tema, beberapa isu seperti peringatan 70 tahun Asia Afrika dan Hari Hak Asasi Manusia dipertimbangkan untuk diangkat dalam konferensi ini agar memiliki branding yang kuat.
“Saya kira dengan mengontekstualisasi seperti itu semakin relevan konferensi ini untuk pertama, punya panggung terutama brandingnya, yang kedua juga sangat mungkin masifikasi terutama dari sisi media itu juga menjadi sangat kuat sehingga kehadiran konferensi ini akan semakin memperkaya isu-isu internasional,” ujar Kaban di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Selain tema, Kaban juga mengingatkan pemilihan narasumber dan aspek seremonial perlu difokuskan dan dipertimbangkan. Mengingat kendala waktu yang tidak memungkinkan, harus membuat skenario yang lebih realistis.
“Saya bukan pesimistis, tapi akan lebih realistis ya, misalnya open official itu kemudian nanti akan kita pikirkan untuk tidak berpikir ideal tapi mungkin kita akan lebih realistis kalau misalnya nanti yang buka cukup menteri saja, bisa saja Menteri Agama, kolaborasi Menteri Agama dengan Menlu, bisa juga three party. Tapi yang paling realistis adalah Menteri Agama,” katanya.
“Kita juga bisa membuat beberapa pilihan negara yang paling mungkin bisa hadir, sekali lagi hadir ya bukan online. Meskipun wacana, misalnya, opsi ketiga yang paling minimalis adalah hanya mengundang Dubes dulu,” sambungnya.
Pada kesempata ini, Kaban Suyitno menegaskan untuk tidak bekerja minimalis. “Yang minimalis itu harus dipikirkan sebagai paling darurat. Kita kerja tadi yang idealis, realistis, baru minimalis,” tandasnya.
Rapat ini penting untuk memastika bahwa pada pertemuan berikutnya, para peserta sudah memiliki progress yang terukur terkait tema, narasumber, dan persiapan lainnya. Terutama mengingat konferensi ini menjadi representasi pertama dari dua Kawasan, Asia dan Afrika. (Ilda/bas/sri)