LKKMO: TUTUP KEGIATAN WORKSHOP ACADEMIC WRITING
Yogyakarta (16 Maret 2019). Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) mengakhiri rangkaian acara workshop academic writing. Dua tema kegiatan (penulisan jurnal dan penyusunan buku) yang dikemas secara berurutan ini mendapat respon hangat dari seluruh peneliti yang konon selama ini belum pernah dilakukan. Informasi yang cukup komprehensif terkait penulisan jurnal dan penyusunan buku bagi para peneliti, nampaknya perlu dilanjutkan dengan bentuk kegiatan implementatif lainnya. “Ibarat api unggun, apinya masih terus menyala,” ujar Muhammad Zain selaku Kapuslitbang LKKMO.
Pada sambutan upacara penutupan, Zain menyatakan sulit bicara di depan Prof. Irwan Abdullah, sosok yang sangat brilian sekaligus guru yang selalu menginspirasinya. Ibarat parfum, tidak ada yang paling wangi kecuali parfum penganten, artinya tidak ada kata yang tepat diucapkan setelah banyak uraian yang telah disampaikan oleh Prof. Irwan. “Beliau adalah guru yang cerdas dan mampu mencerdaskan orang lain, jikapun tidak ya minimal kelihatan cerdas,” selorohnya.
Mengenang perhatiannya kepada sang murid, Zain mengisahkan satu hal yang tidak pernah terlupakan ketika hendak mengikuti ujian doktor di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam situasi yang menegangkan, beberapa hari kurang istirahat dan tidak sempat lagi membaca buku. Prof Irwan datang menghampiri saya untuk merapihkan dasi sesaat sebelum para penguji hadir di ruang sidang. “Di situlah saya merasa hidup lagi di tengah suasana yang menegangkan untuk menghadapi 8 orang profesor penguji. Beliau adalah seperti mitologi Yunani, Raja Midas “the touch of magic”, apapun yang beliau sentuh bisa menjadi emas,” ungkap Zain.
Terkait dengan program academic writing, Zain memastikan bahwa tugas kepala pusat mencakup 3 hal penting: 1) Menaikan standar, jika dulu kita berada dalam konteks lokal dan regional, maka sekarang kita sedang on the way menuju global sehingga tulisan kita bisa masuk scopus, 2) Mengasa terus agar semakin tajam. Hal ini seperti diceritakan dalam buku Seven Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey. Ada dua orang tukang kayu, satu orang produktif dan satu lagi tidak. Mengapa ini terjadi? Ternyata satu orang tukang kayu yang produktif itu selalu aktif tidak pernah berhenti mengasah, sedangkan satunya lagi berhenti. Dan 3) Konsen dalam pengembangan SDM. “Kita perlu belajar pada Jepang,” ungkap Zain. Jika saat ini kita ada pada era 4,0, Jepang sudah masuk era 5,0 yang kebijakannya mengarah dan fokus pada manusia/SDM. Jadi, kita jangan hidup pada peradaban teks tapi harus di atas teks. Di LKKMO, kita bergelut dengan naskah kuno, tapi kita jangan terpaku pada peradaban teks (hadarat al-nash). “Meminjam istilah Prof. Nasr Hamid Abu Zaid, kita harus melampaui teks bahkan menari-nari di atas teks,” ujar Zain.
Di ujung acara, disampaikan bahwa kita harus belajar pada guru yang tepat. Seperti dikatakan Syeikh M. Ali al-Daqqaq, bahwa dalam belajar harus memiliki guru. Jadi ibarat pohon, ada batang, cabang, daun yang rindang, juga ada buahnya. Tetapi jika kita belajar tanpa guru maka ibarat pohon meskipun memiliki batang, cabang, dan lebat daunnya namun tidak berbuah. “Nah, saat ini kita banyak data yang kita miliki, dan telah belajar pada guru yang benar tentang bagaimana menjadikan data-data itu lebih bermakna,” pungkas Zain. (IA/bas/ar)