MAKAM PARA WALI DI WESTERN CAPE

27 Nov 2018
MAKAM PARA WALI DI WESTERN CAPE

Makam wali di Cape Town disebut dengan kramat. Tercatat sebanyak 24 kramat di wilayah Provinsi Wetern Cape sebagaimana dimuat dalam buku Guide to the Kramats of the Western Cape. Buku ini berisi informasi singkat tentang semua makam tersebut. Buku ini diterbitkan oleh the Cape Mazaar (Kramat) Society pada tahun 2010 (edisi ketiga). Edisi pertama tahun 1996. Di buku ini terdapat kata sambutan dari Presiden The Muslim Judicial Council, South Africa (MJC SA). Ini adalah organisasi yang menghimpun ulama di negara itu dan mempunyai kewenangan seperti menerbitkan sertifikat halal. Kedudukannya serupa dengan Majelis Ulama di Indonesia. Hanya saja kegiatan MJC sangat aktif dan luas, karena di negara ini  urusan keagamaan Islam ditangani oleh umat Islam sendiri. Di buku ini juga terdapat kata sambutan dari pejabat Cape Town Tourism.Pejabat instansi ini menulis bahwa instansinya memahami dan mendukung pengembangan Cultural Tourismdan historic landmarks (tempat-tempat bersejarah).

Kramat menempati empat penjuru mata angin di Western Cape. Sebagian besar berada di kawasan bukit, termasuk bukit yang menonjol keberadaannya, seperti Signal Hill. Posisi makam seperti itu mengingatkan penulis pada makam Sunan Murya di Desa Colo, sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, yang berada pada ketinggian 1800 meter di atas permukaan laut (Arraiyyah, 1998). 

Sebagian makam tersebut berada di pemakaman umum bagi umat Islam, berdampingan dengan banyak kubur orang awam yang ditandai dengan batu nisan.  Di antaranya kramat Imam Abdullah ibn Kadi Abdus Salam (Tuan Guru). He was a prince from Tidore in the Trinate islands (putra mahkota dari Tidore, di sekitar Pulau Ternate). Ia dan beberapa orang ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Cape sebagai tawanan negara (State Prisoners) pada tahun 1780 (Jaffer, 2010). Beberapa makam menempati lokasi yang luas dan bangunan tersendiri, seperti makam Syaikh Yusuf al-Makassari dan makam Sayed Mahmud.

Sebagian makam tersebut berada di dalam suatu bangunan tersendiri, diberi dinding dan atap. Sebagian lainnya di tempat terbuka yang diberi tanda berupa pagar besi,  tanahnya agak tinggi dan ditutup dengan kain. Secara umum, makam tersebut dirawat oleh umat Islam setempat dari masa ke masa. Mengidentifikasi dan menyelamatkan makam yang sebagian sudah berusia tiga ratus tahun bukan perkara mudah. Komunitas Muslim pada masa itu terdiri dari tahanan politik yang diasingkan bersama keluarga dan pengikut serta orang-orang yang didatangkan ke Cape dengan status budak untuk dipekerjakan. Mereka dibatasi untuk melakukan aktiivitas keagamaan, seperti halnya larangan yang pernah diberlakukan bagi mereka untuk melakukan salat Jumat. Pemeliharaan makam ini dapat dilakukan karena ada kepedulian dan penghargaan umat Islam di sana terhadap jasa-jasa ulama yang memperkenalkan Islam di Cape Town dan berkembang terus hingga sekarang.

Secara umum, umat Islam di Afrika Selatan sebanyak dua persen. Akan tetapi, khusus di Cape Town atau Western Cape jumlah Muslim cukup banyak sehingga suasana keagamaan tampak semarak. Persentase yang tertera di statistik kependudukan sebesar 7.3 persen (2013), namun perkiraan Muslim setempat jauh lebih besar dari itu.      

Makam Sayed Mahmud menempati lokasi yang luas berupa taman (sekitar 4000 meter persegi), dengan aneka kembang dan kolam kecil yang airnya mengalir dari tempat yang agak tinggi, diapit jalan menuju bangunan makam. Penataannya menyerupai Monumen Taj Mahal di kota Agra, India. Bedanya, bangunan Taj Mahal sangat mewah, besar, halaman luas dan di kompleksnya ada masjid. Menariknya, pada bangunan makam itu ada beberapa informasi singkat yang memuat fakta sejarah terkait dengan tokoh yang dimakamkan di tempat itu. Misalnya, tanggal kedatangan dan kapal yang ditumpangi dan sebab ia berada di Cape Town. Ziarah ke makam wali sama dengan mengenang sejarah perjuangan

Beberapa makam berada di lokasi yang sepi di lereng bukit. Tetapi, ada juga yang tidak jauh dari pemukiman, di pinggir jalan, dan dalam kompleks. Di kompleks Masjid  Habibia Sofie terdapat gedung panti asuhan dan madrasah. Di sebelah masjid terdapat sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat makam Hazrath Shah Moulana Abdul Latief Qadi Siddiiqi (RA), (w. 1917).                      

Kramat tampaknya diambil dari kata bahasa Arab, yaitu karamah yang secara harfiah berarti kemuliaan. Dalam literatur tasawuf seorang wali atau sufi biasanya memiliki karamah, kelebihan sebagai pemberian dari Allah yang tidak dijumpai pada orang biasa. Karamah dapat dilihat pada masa wali yang bersangkutan masih hidup maupun pada saat ia telah wafat. Salah satu kramat (Tuan Nuruman) di kawasan Bo-Kaap (Tana Baru) berjarak satu atau dua meter dari tebing di sampingnya. Tanah perbukitan di sampingnya pernah dikeruk oleh pihak tertentu untuk dijadikan tempat usaha pada masa lalu. Beberapa pekerja pada saat itu meninggal tertimpa reruntuhan, sehingga kegiatan dihentikan. Demikian keterangan Imam Adam pada saat diadakan ziarah di tempat itu. Sebagian tanah di bawah yang sudah diratakan terlihat masih kosong. []

H.M. Hamdar Arraiyyah

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI