Melestarikan Warisan Budaya, Balitbang Diklat Rintis Sistem Informasi Terpadu Manuskrip Keagamaan
Jakarta (Balitbang Diklat)---Badan Litbang dan Diklat (Balitbang Diklat) melalui Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) gelar Focus Group Discussion (FGD) keempat. FGD ini membahas pentingnya sistem informasi terintegrasi untuk manuskrip keagamaan. Acara yang dihadiri berbagai perwakilan kementerian dan lembaga ini bertujuan untuk membangun ekosistem informasi yang dapat digunakan lintas agama dan lembaga.
Kepala Puslitbang LKKMO Moh. Isom menjelaskan bahwa FGD kali ini merupakan kelanjutan dari tiga FGD sebelumnya yang membahas penyamaan persepsi tim internal, penjajakan MoU, serta perjanjian kerja sama (PKS) antar kementerian dan lembaga terkait proyek perubahan kebijakan kolaboratif untuk konservasi dan digitalisasi manuskrip keagamaan Indonesia.
“Sistem informasi terpadu yang sedang kita bangun ini diharapkan dapat mengakomodasi manuskrip dari berbagai agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, sehingga bisa saling berbagi informasi dan dokumen,” terang Isom saat membuka FGD Penyamaan Persepsi Sistem Informasi antar Kementerian/Lembaga di Jakarta, Selasa (16/7/2024).
Lebih lanjut, Isom menyoroti pentingnya kolaborasi antar lembaga. "Kita menginginkan adanya suatu kolaborasi untuk menjaga warisan budaya bangsa ini. Keterbatasan alat dan keahlian konservasi di Kementerian Agama menjadikan kolaborasi ini sangat vital,” ungkapnya.
“Setelah saya kemarin keliling lembaga seperti Perpusnas dan ANRI, misalnya, mereka itu memiliki fasilitas dan keahlian yang mumpuni dalam proses konservasi dan preservasi manuskrip. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya kolaborasi antar kementerian dan lembaga agar program ini dapat berjalan dengan maksimal,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, Isom juga menekankan perlunya standar yang sama dalam platform dan metadata untuk memfasilitasi pertukaran informasi. "Problemnya biasanya di platform dan metadata yang harus disamakan. Misalnya, terkait metadata deskriptif, administratif, teknik, dan struktur itu kan harus disamakan persepsinya agar kita bisa saling berbagi informasi. Oleh karena itu, hari ini kita akan berdiskusi terkait penyamaan sistem informasi tersebut,” ungkapnya.
Di akhir sambutan, Isom mengajak semua peserta untuk berkolaborasi dalam menjaga dan melestarikan manuskrip keagamaan agar dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang. "Ini kesempatan kita untuk menggali dan mengembangkan naskah-naskah kuno kita," pungkasnya.
Dengan acara FGD ini, diharapkan langkah-langkah konkrit t dapat segera diambil untuk merealisasikan sistem informasi terpadu bagi pelestarian manuskrip keagamaan di Indonesia. (Rheka Humanis/bas/sri)