Menag: Generasi Milenial Penentu Perubahan Zaman

7 Mar 2018
Menag: Generasi Milenial Penentu Perubahan Zaman

Bogor (7 Maret 2018). Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, “Saya amat bersyukur dengan kegiatan Capacity Building Peningkatan Kualitas Kinerja Pegawai Balitbang Diklat ini. Selain untuk silaturahim dan mempererat, juga untuk menyamakan persepsi terkait Kementerian Agama ke depan,” ungkapnya.

Pernyataan tersebut disampaikan saat memberikan arahan pada kegiatan Capacity Building Peningkatan Kualitas Kinerja Pegawai Balitbang Diklat Kemenag RI tahun 2018 di Jimmers Mountain Resort Jl. Raya Puncak Km. 77, Kopo, Cisarua, Bogor Jawa Barat, Rabu (7/3) siang.

Hadir bersama Menteri Agama, Kepala Balitbang Diklat Prof. H. Abdurrahman Mas'ud, Ph.D., Sekretaris Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Muharram Marzuki, Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Amsal Bachtiar, Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Muhammad Zain, Kepala Pusdiklat ADM Saeroji, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mahsusi, para peneliti, widyaiswara, dan pegawai di lingkungan Badan Litbang dan Diklat.

Selanjutnya, Menteri Agama mengatakan sekarang ini dunia didominasi oleh anak-anak muda generasi milenial. Mereka menjaditrendsetter, yang akan menentukan dunia. “Dilan itu idola anak-anak muda yang harus kita ketahui,” Menteri Agama menyodorkan figur dalam sebuah film.

“Saya awali dengan generasi milenial agar kita tahu peruban zaman,” ujar Menteria Agama. “Dilan itu ilustrasi, poinnya adalah perubahan,” ujarnya lagi.

Dalam kesempatan ini, Menteri Agama menggaris bawahi tiga hal. Pertama, sebagai dapur pemikiran dan kajian, hal pertama yang harus dilakukan Badan Litbang dan Diklat adalah inovasi. Oleh karena itu, “kita harus punya kemampuan identifikasi masalah,” ungkapnya. Selanjutmya, mendapatkan dan menghadirkan solusi.

Kedua, fungsi kita secara umum di ASN adalah melayani. Urusan administrasi internal harus segera diatasi, harus menemu kenali masalah; lalu memberikan solusi. “Hal-hal teknis harus segera diatasi biar kita melayani orang lain,” tegas Menteri Agama.

Ketiga, di tahun politik ini kita jangan memposisikan diri terlibat dalam konflik. Kira harus menyamakan persepsi, misalnya soal politisasi agama. “Apa yang dimaksud dengan politisasi agama?,” ujar Menteri Agama.

Menteri Agama mengatakan politisasi agama bukanlah memisahkan agama dengan politik. “Kita bangsa religious, bukan bangsa sekuler yang memisahkan secara tegas agama dan politik,” ujarnya.

Nilai-nilai agama harus menjadi rujukan dalam politik. Yang tidak dibolehkan, kata Menteri Agama, agama dieksploitasi dan dimanipulasi untuk tujuan politik. []

bas/diad/diad

 

 
Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI