Menag Pimpin Langsung Finalisasi Kaleidoskop Kemenag

6 Des 2017
Menag Pimpin Langsung Finalisasi Kaleidoskop Kemenag

Jakarta (5 Desember 2017). Di sela kesibukannya yang luar biasa, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin merasa perlu hadir memimpin langsung rapat finalisasi kaleidoskop Kementerian Agama. Rapat tersebut digelar di lantai 3 gedung Kemenag Jl MH Thamrin Jakarta, Selasa (5/12).

“Saya semalam sudah izin tidak bisa hadir karena pagi ini ada acara di Istana Bogor. Ternyata acaranya cepat. Meski ada acara di Cisarua siangnya, namun saya merasa penting untuk kembali ke Jakarta ikut rapat di sini. Intinya adalah bahwa buku ini penting,” ujar Menag mengawali sambutan.

Ia beralasan, kaleidoskop merupakan snapshot atau potret-potret yang indah dan kisah-kisah penting yang patut diketahui generasi pelanjut untuk bisa ditangkap pesan dari riwayat hidup dan jejak langkah yang telah ditorehkan para menteri agama tempo dulu. “Oleh karenanya, saya ingin mendengar proses penulisan kisah para pendahulu kita ini,” tandas Menag.

Secara khusus, Menag mengapresiasi sekaligus berterima kasih atas langkah Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat yang menginisiasi penyusunan kaleidoskop tersebut. “Saya harus katakan ini modal besar bagi kita. Meski saya belum baca semua, saya punya beberapan catatan penting,” ujarnya.

Menag berpesan, agar tim penulis hati-hati, cermat dan akurat terhadap sejumlah nama menteri dan tokoh dalam keping sejarah tersebut. Sebab, spelling nama orang itu sensitif. Penyebutan gelar para tokoh juga penting diperhatikan. “Maka, rujukan dari berbagai sumber harus benar dan tidak boleh salah. Sebab, meski ini bukan buku sejarah namun tetap bakal dirujuk orang banyak karena mengandung unsur sejarah,” kata dia.

Terhadap isi buku, Menteri Lukman menyebut perlunya satu atau dua orang yang melakukan uji sahih apakah sudah benar. “Benar tentu dari ukuran fakta sejarah. Sebab bisa saja faktanya benar tapi penyebutan tanggal, tempat, terkait terjadinya peristiwa bisa jadi berbeda. Ini perlu ketelitian juga,” tegasnya.

Menurut dia, meski kaleidoskop ini bukan buku sejarah namun bagaimana pun juga akan menjadi rujukan karena diterbitkan Kemenag. Apalagi oleh Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, tentu ini akan menjadi referensi bagi banyak pihak.

“Jadi, sekali lagi setiap kita bikin buku apalagi terkait sejarah pendahulu kita, maka kita perlu melipatgandakan kecermatan, ketelitian, keakurasian terhadap apa kita tulis. Tidak hanya konten, tapi juga detail kata demi kata dan seterusnya,” terang putra bungsu Menag KH. Saifuddin Zuhri ini.

Yang perlu disepakati, lanjut Menag, penulisan kaleidoskop ini tidak hendak membanding-bandingkan para menteri agama. Sebab, mereka memiliki kelebihan sekaligus kelemahan masing-masing. Masa jabatan yang berbeda tentu menjadi hal yang patut diperhatikan juga. “Oleh karena itu, karena ini tidak dimaksudkan untuk kontestasi maka penulisannya harus seimbang. Misalnya, setiap menteri sepuluh atau dua puluh halaman. Jadi, tidak ada kesan menonjolkan salah satu tokoh,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Puslitbang LKKMO Choirul Fuad Yusuf dalam pengantarnya mengatakan, penyusunan kaleidoskop Kemenag memotret kisah menarik para menteri agama sejak berdiri pada 1946. “Meski ada sejarah kelam yang dialami para pendahulu kita ini, yang ditulis di sini hanya kisah yang indah-indah. Agar kiprah beliau-beliau ini diketahui masyarakat,” ujarnya.

Selain Choirul Fuad, hadir dalam rapat tersebut para Kabid di lingkungan Puslitbang LKKMO, yakni Fakhriyati, Acep Aripudin, dan Yasin Rahmat Anshori. Selain itu, hadir juga tim penulis antara lain Prof. Muhaimin AG, Dr. Dadi Darmadi, Dr. Eva Nugraha. Mantan Sekjen Kemenag Prof. Ahmad Mubarok didaulat memberi masukan terkait substansi. “Sebagai pelaku sejarah, saya kira tepat sekali Pak Mubarok turut andil dalam kaleidoskop ini,” pungkas Fuad. (Musthofa Asrori/bas)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI