Menelusuri Jejak al-Makasari dan al-Palembani: Temuan Awal Penelitian Diaspora

7 Agt 2020
Menelusuri Jejak al-Makasari dan al-Palembani: Temuan Awal Penelitian Diaspora
Melihat naskah koleksi kesultanan, dengan Sultan SMB IV, dua naskah berkatia ditemukan, Tanbih al-Masyi dan Sairussalikin

Balitbang Diklat (Agustus 2020). Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) melaksanakan Penelitian Diaspora Manuskrip Keagamaan. Kegiatan ini menyasar kepada tiga tokoh ulama yaitu a-Makassari, al-Palembani, dan Kiyai Rifa’i dilakukan dalam rentang waktu bulan Agustus hingga September tahun 2020 dengan output buku Diaspora Manuskrip Keagamaan.

Peneliti LKKMO ditugaskan untuk melacak dan menelusuri naskah kuno serta pengaruh tokoh dan ajarannya di wilayahnya masing-masing. Diantara temuan awal yang diperoleh peneliti dapat disampaikan sebagai berikut.

Muhammad Syeikh Yusuf Al-Makassary dikenal sebagai ulama sufi yang memiliki tingkat keilmuan sangat tinggi. Tidak hanya itu, beliau juga dikenal sebagai tokoh pembaharu Islam di Sulawesi Selatan bahkan di Nusantara. Hasil observasi menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan sangat menghormati Syeikh Yusuf, hal itu tampak dari makamnya yang tidak pernah sunyi akan pengunjung. Makam yang terletak di Jalan Syekh Yusuf, Kota Makassar menjadi tempat bagi peziarah dari segala penjuru wilayah Sulawesi Selatan. Bahkan selama pandemi Covid-19, makam ini tidak pernah kosong akan pengunjung meskipun kuantitasnya menurun.

Menurut salah satu pengunjung makam Syekh Yusuf yang kami temui pada 5 Agustus 2020, seluruh keturunan mereka pasti melakukan prosesi ziarah makam ini apabila telah melaksanakan sebuah hajatan besar misal pernikahan, aqiqahan, naik haji, pulang berhaji dan lain sebagainya.

Bahkan mereka belum bisa menginjakkan rumah sepulang berhaji, sebelum menziarahi makam Syeikh Yusuf di Kobbang Gowa. Mereka merasakan betapa pentingnya untuk berkunjung ke makam ini, bahkan covid-19 tidak menyurutkan semangat mereka. Kondisi itu, cukup wajar terjadi karena Syeikh Yusuf dikenal sebagai sosok yang sangat penting sejarah masyarakat Sulawesi Selatan.

Syekh Yusuf tidak hanya mengajarkan tarekat saja tetapi juga soal moderasi beragama. Beberapa kitabnya yang mengajarkan moderasi beragama salah satunya yakni Sirr Al-Asrarr dan beberapa surat-surat beliau yang dikirim ke Banten maupun ke Makassar. Beliau mengajarkan bagaimana berperilaku kepada sesama manusia tidak hanya sesama muslim saja.

Selain itu, dalam Al-Fawaih Al-Yusufiyya, Fi bayan Tahqiq Al-Sufiyya, dijelaskan bahwa ibadah yang paling baik adalah berperilaku baik dan beradab dengan adab mereka. Adab mereka yang dimaksud disini yakni para wali Allah. Potongan isi naskah tersebut mengajarkan umat manusia untuk senantiasa berperilaku baik dan beradab yang baik, tentu saja hal itu juga berkaitan dengan hubungan kepada sesama manusia.

Tokoh berikutnya ialah Abdussamad al-Palembani. Beliau pun sangat populer di masyarakat Nusantara dan bahkan di manca negara. Naskahnya tersebar di berbagai wilayah di Nusantara dan Timur Tengah. Naskah yang sangat popular dan masih digunakan hingga saat ini adalah Sairussalikin dan Hidayatussalikin. Di Palembang, naskah ini masih dibaca oleh masyarakat setempat. Sementara naskah-naskah beliau lainnya menjadi sasaran para peneliti, dosen, dan mahasiswa untuk mengkaji dan menelaahnya. Demikian hasil wawancara dan observasi yang diperoleh peneliti dengan Ustaz Andi Kemas.

Abdussamad al-Palembani adalah ulama yang moderat dan mengajari pengikutnya untuk bersikap toleran serta saling menghargai antara sesama. Ajaran-ajaran tasawuf al-Palembani mengajari untuk bersipak moderat, dan pemikiran tasawufnya identic dengan pemikiran Abdurrauf Singkil. Peneliti menemukan koneksi ini dengan menemukan naskah Tanbih al-Masyi di rumah sultan Hawwas SMB IV yang diduga disalin ulang oleh ulama Palembang, karena naskah ini terdiri dari beragam teks di dalamnya tentang tasawuf.

Di Palembang,  di rumah Ustaz Andi ditemukan naskah tulisan tangan beliau berjudul Zahratul murid fi bayani kalimati tauhid yang menjelaskan tentang perlu bersikap toleran dan tidak mudah menganggap orang lain yang berbeda pandangan adalah salah dan keliru.

Naskah ini sudah ditelaah oleh mahasiswa S2 UIN Raden Fatah. Ustaz Andi menunjukkan satu naskah amalan Abdussamad yang belum disasar oleh peneliti adalah Ratib malam Jumat untuk dialih aksara dan diterjemahkan dalam penelitian ini, karena naskah ini juga menjadi amalan pengikut Abdussamad di Palembang dan tempat lain juga.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada penganut tarekat dan ratib Samaniyah (tarekat Abdussamad al-Palembani), menunjukkan bahwa mereka merasakan perbedaan positif dari sebelum dan sesudah menjadi pengikut tarekat, terutama merasakan nikmat berzikir yang memengaruhi hidup. Selain itu, mereka merasa menjadi lebih empati dalam kehidupan bermasyarakat.

Hingga saat ini pengikut tarekat masih merayakan haul Abdussamad al-Palembani. Semua dilakukan berdasarkan informasi yang ada dalam naskah kuno. Haul ini telah menyatukan mereka untuk hidup berdampingan dan saling menghargai diantara sesama.

Demikian temuan sementara yang dapat disampaikan. Peneliti masih meneruskan penelusuran ke daerah-daerah lain untuk mengkaji diaspora yang berkembang dalam masyarakat. Diaspora meliputi sejauh mana transformasi, akulturasi, adaptasi, dan asimilasi telah terjadi dalam masyarakat diasporik.[]

FI/HS/diad

Penulis: Fakhriati
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI