Menggali Tata Kelola Knowledge Management dari Kunjungan Kerja Perpustakaan BATAN

13 Nov 2020
Menggali Tata Kelola Knowledge Management dari Kunjungan Kerja Perpustakaan BATAN

Jakarta (12 November 2020). Dalam rangka meningkatkan kinerja perpustakaan, sebuah perpustakaan perlu mengetahui lembaga serupa dalam pengelolaan perpustakaannya sebagai pembanding. Subjek yang dilihat melalui kunjungan ini khsusunya dalam melakukan penghimpunan dan pendayagunaan pengetahuan yang dihasilkan lembaga dalam sebuah tata kelola Knowledge Management.

Untuk itu perpustakaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag berinisiasi mengadakan kunjungan kerja perpustakaan ke institusi lain yang dianggap lebih maju dalam bidang tersebut. Dalam kunjungan ini diharapkan selain mengetahui bagaimana kondisi dan penataan perpustakaan di institusi yang dikunjungi, juga dalam rangka mendapatkan masukan dan ide-ide baru yang bisa dicontoh.  Kunjungan  ke perpustakaan BATAN yang berlokasi di Komplek Puspiptek, Serpong, dipilih karena lembaga ini berdasarkan pengamatan dan sumber-sumber yang ada, adalah salah satu lembaga yang cukup bagus dan profesional dalam tata kelola Knowledge Mangement di lembaganya.  

Knowledge Management atau Manajemen Pengetahuan adalah upaya terstruktur dan sistematis dalam mengembangkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu proses pengambilan keputusan bagi peningkatan kinerja organisasi. Aktivitas dalam manajemen pengetahuan diantaranya: upaya perolehan (capturing), penyimpanan, pengolahan dan pengambilan kembali, penggunaan dan penyebaran, evaluasi dan penyempurnaan terhadap pengetahuan, serta Jenis Pengetahuan: eksplisit dan implisit (tacit).

Pada kunjungan perpustakaan kali ini, ada banyak hal yang menginspirasi yang bisa dikembangkan oleh perpustakaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag khususnya dalam Tata Kelola Knowledge Management Lembaga yaitu Penerapan Manajemen Pengetahuan di BATAN.

Pengetahuan merupakan aset yang penting bagi institusi, pengetahuan kebanyakan berada di SDM (people) organisasi dalam bentuk tacit knowledge, sementara itu pengetahuan nuklir: spesifik, mahal, sulit, perlu regulasi internasional, high-risk. Inilah salah satu yang mendasari betapa pentingnya knowledge management di BATAN. Selain itu juga terdapat realitas yang menjadi perhatian besar yakni SDM makin menua, pengganti tidak ada karena ada kebijakan zero-growth (moratorium penerimaan pegawai baru), ada gap pengetahuan senior dan yunior, adanya critical knowledge di organisasi, sharing knowledge culture masih rendah, pengelolaan pengetahuan belum optimal, dorongan reformasi birokrasi untuk menjadikan organisasi dikelola secara goood governance: efektif, efisien, bersih dan akuntabel.

Kementerian Agama sebagai organisasi pemerintah yang besar pada dasarnya dapat membangun hal serupa. Hal ini tentu membutuhkan kepedulian dan keberpihakan pimpinan terhadap semua aset intelektual di Kementerian Agama yang harus dicapture dan didayagunakan untuk sebesar-besarnya kemanfaatan. Dalam hal ini tentu perpustakaan memainkan perannya yang sangat signifikan untuk menjadi media dan membantu pelaksanaan tugas tersebut.

Regulasi yang cukup menjadi panduan dan pegangan adalah Pokok-pokok Isi Permen PAN RB No.14 Tahun 2011 yakni: 1) Merupakan pedoman Pelaksanaan program manajemen pengetahuan (knowledge management) bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, 2) Pengertian tentang Manajemen Pengetahuan, 3) Elemen dan Tahapan Implementasi Manajemen Pengetahuan, dan 5) Perencanaan Implementasi Manajemen Pengetahuan.

Budi Prasetyo sebagai Kordinator Pelaksanaan Manajemen Pengetahuan di BATAN dalam materi pertemuan kali ini menyampaikan bahwa pengelolaan pengetahuan nuklir merupakan hal penting dan wajib diterapkan pada seluruh kegiatan penelitian, pengembangan, perekayasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir serta proses administrasi dan layanan terkait di seluruh unit kerja. BATAN menerapkan pengelolaan pengetahuan nuklir secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan.

“Lembaga ini melaksanakan pengelolaan pengetahuan nuklir melalui beberapa cara. Pertama, partisipasi aktif seluruh Pimpinan Tinggi. Kedua, alokasi sumber daya terkai. Ketiga, identifikasi, pemetaan, transfer, pengembangan, penyebarluasan, penggunaan dan penerapan, serta pelestarian pengetahuan nuklir. Keempat, penggunaan teknologi informasi untuk mendukung proses pengelolaan pengetahuan nuklir. Kelima, pengembangan budaya berbagi pengetahuan sebagai bagian dari kinerja individu dan organisasi. Keenam, inisiatif dan partisipasi aktif seluruh unit kerja dengan melibatkan seluruh pegawai,” ujar Budi Prasetyo.

Semoga melalui kunjungan ini, budaya berbagi pengetahuan dan saling berpacu memajukan lembaga masing-masing dapat lebih terarah dan mudah. Inovasi, inspirasi dan semangat berubah ke arah yang lebih baik menjadi cita-cita bersama untuk  terus ditindaklanjuti. Terima kasih kepada Perpustakaan BATAN yang dan para pustakawan, Noeraida dan Lis Sustini yang telah menerima kunjungan ini, memediasi pertemuan, dan berbagi pengetahuan untuk sama-sama membangun dan memajukan organisasi tercinta.[]

HAR/diad

Penulis: Hariyah
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI