Museum Basis Penguatan Pendidikan Karakter Bangsa
Bandung (26 Agustus 2017). Pesertanya membludak, ramai sekali, mereka datang dari berbagai sekolah, beragam madrasah yang berlatarbelakang ormas di Kabupaten Bandung dan sekitarnya, tampak para siswa/siswi begitu antusias serta asyik mendengarkan sekaligus menyimak paparan sang narasumber.
Begitulah potret saat di gedung pameran Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga Bandung Jl. BKR No 185, Pemerintah Provinsi Jawa Barat 40243. Kegiatan ini merupakan serangkaian rencana Workshop dan Edukasi ke-Al-Qur’an-anyang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Acara Pameran International Museum Expo 2017 merupakan salah satu eventakbar yang diikuti oleh Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI), Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Salah satu tugas dan fungsi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) adalah menyelenggarakan pameran, baik pameran tetap maupun pameran keliling. Dan acara di Museum Sri Baduga Bandung 2017 ini termasuk pameran keliling.
Pameran ini bertemakan: “Hidden Treasure: Daluang, Fuya, dan Tapa; Keberagaman Budaya Asia Pasifik Momentum Harmonisasi Budaya Antar Bangsa”, berlangsung dari tanggal 24 Agustus – 13 September 2017, diikuti oleh museum-museum berbagai provinsi di Indonesia. Menurut penuturan Kepala Bidang Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi, H. Wawan Ridwan, M.Pd., LPMQ berpartisipasi aktif dan melakukan edukasi-interaktif kepada masyarakat pengunjung dari tanggal 24 – 30 Agustus 2017.
Sebagai bentuk partisipasi aktif, selain men-display koleksi karya seni budaya bangsa Indonesia yang bernafaskan Islam, juga dikenalkan kepada segenap pengunjung produk-produk LPMQ (product knowledge) seperti e-book buku tafsir Al-Qur’an tematik (al-tafsir al-mawdhu’i), tafsir ilmi (tafsir berlatarbelakang saintifik), lalu pengenalan manuskrip Islam di Nusantara (naskah kuno) yang ditulis di atas bahan daluang (kertas tradisional) dan fuya (kulit kayu). Juga diadakan cerdas cermat (kuis) Al-Qur’an dan Kebudayaan Islam; Tahfiz, Tartil; Tilawah, dan Khotmul Qur’an; pengetahuan seputar perpustakaan Bayt Al-Qur’an TMII, lalu menebali teks ayat Al-Qur’an sebagai bentuk gerakan budaya menulis Al-Qur’an di kalangan siswa-siswi, workshop kaligrafi; belajar membaca huruf Al-Qur’an Braille; mengenal huruf Pegon/Jawi, dan mewarnai kaligrafi. Tema-tema tersebut dikemas sedemikian aktif, dialogis, partisipatif agar mudah dicerna oleh anak-anak, remaja, dan masyarakat umum.
Pengenalan museum di kalangan siswa-siswi madrasah ibtidaiyah (SD), tsanawiyah (SMP), aliyah (SMA) dan santri pondok pesantren, sebagai basis penguatan pendidikan karakter bangsa (character national building) dimaksudkan agar membentuk sisi kepribadian yang matang, mandiri, mendewasa, bertanggungjawab, menumbuhkan semangat nasionalisme, memasyarakatkan sumber pengetahuan sejarah masa lalu, melesatarikan leluhur budaya, dan mencintai khazanah peninggalan nenek moyang dan para leluhur kita.
Di tengah arus globalisasi sekarang ini, anak-anak serta kaum pelajar harus dikenalkan wawasan kemuseuman, jangan lebih banyak terbawa arus globalisasi dan teknologi informasi bermain media sosial dan internet. Dan inilah tantangan kita semua. Semoga generasi muda kita selalu dapat menikmati nilai-nilai budaya (culture values) yang luhur dan menjadikannya bagian yang tertanam dalam diri masing-masing.
Selain itu museum juga harus ramah kepada kaum disabilitas. Menurut Ibu Hj. Ida Fitriani, M.Hum selaku narasumber dan pemerhati museum di Indonesia, masyarakat terutama pengelola museum harus memiliki awareness (kepedulian) terhadap pentingnya memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas untuk menikmati kunjungan yang aman, nyaman, ramah, dan penuh kesan di dalam museum. Ida berharap, “fasilitas dan tata pameran juga harus mudah diakses oleh para penyandang disabilitas, ” pungkasnya. (Nasrullah Nurdin/bas).