PBNU dan Kemenag Suarakan Perdamaian di Tengah Konflik Global

16 Des 2023
PBNU dan Kemenag Suarakan Perdamaian di Tengah Konflik Global
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla (kanan dari kiri) pada kegiatan Media Gathering di Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla mengatakan urgensi pelaksanaan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAAL) salah satunya adalah menjawab tantangan global seperti konflik di Gaza, Ukraina, dan ancaman konflik di beberapa negara Asia. 

 

Menurut Gus Ulil, sapaan akrab Ulil Abshar Abdalla, Planning Conference diharapkan menjadi langkah awal menuju kerja sama internasional yang lebih kokoh, dan pemecahan konflik secara berkeadilan.

 

Kerja sama Balitbang Diklat Kementerian Agama RI dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam penyelenggaraan KMBAAAL ini sebagai planning conference menuju Konferensi Asia-Afrika dan Amerika Latin tahun depan di Bandung. “Ini menjadi kolaborasi untuk memperingati semangat Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955,” ujar Gus Ulil di Jakarta, Jumat (15/12/2023).

 

"Kita saat ini sedang menghadapi banyak konflik yang terjadi. Misal di Gaza, Ukraine, dan juga di Asia. Oleh karena itu, kita berkomitmen untuk melibatkan aktor global, mengajak mereka untuk kembali kepada PBB sebagai pemutus konflik,” terang Gus Ulil.

 

Dalam usahanya menjalankan diplomasi global, PBNU mengundang berbagai kepala negara dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin seperti Indonesia, Brazil, Meksiko, Mesir, Afrika Selatan, Saudi Arabia, dan India untuk berpartisipasi. Kehadiran negara-negara yang pernah mendukung gerakan non-blok pada 1950-an, diharapkan dapat membangkitkan semangat tersebut di tengah konflik global yang kompleks.

 

Menurut Gus Ulil, agama harus menjadi solusi, bukan sumber konflik. Potensi-potensi konflik di beberapa wilayah di dunia saat ini masih terkait dengan agama. "Saat ini sudah ada jaringan tokoh-tokoh agama di dunia yang sefrekuensi di mana agama harus menjadi solusi dan bukan sumber konflik," pungkasnya. (Erica/Barjah/bas)

 

Penulis: Erica
Sumber: Hidayat
Editor: Barjah dan Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI