Peluncuran Laporan Tahunan Puslitbang Penda 2016 Diapresiasi
Jakarta (28 November 2017). Peluncuran Laporan Tahunan (Laptah) Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puslitbang Penda) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama disambut meriah. Baik oleh narasumber maupun peserta juga memberi apresiasi atas kerja besar ini.
Hal tersebut mengemuka dalam launching Laptah Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan yang digelar Puslitbang Penda di Hotel A One Jl KH Wahid Hasyim Jakarta, Selasa (28/11).
Dalam sambutannya, Kepala Puslitbang Penda Prof. Amsal Bachtiar mengatakan, Laptah ini merupakan salah satu bentuk publikasi hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan para peneliti di institusi yang ia pimpin. Setiap tahun, pihaknya menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. Program tersebut dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Kemenag.
“Laptah ini menginjak tahun keempat sejak diawali pada 2013. Laptah dihadirkan dalam rangka merekam berbagai dinamika pendidikan agama dan pendidikan keagamaan yang terjadi sepanjang 2016. Peristiwanya sangat beragam,” ungkapnya.
Menurut Amsal, Laptah dibagi menjadi tiga tema besar sesuai tugas dan fungsi Puslitbang Penda yang mencakup tiga bidang kajian, yakni raudlatul athfal dan madrasah, pendidikan agama dan pendidikan tinggi keagamaan, serta pendidikan keagamaan.
Sementara itu, dalam pidato pembukaan, Kepala Balitbang Diklat Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. juga mengapresiasi peluncuran Laptah ini. Laptah merupakan program rutin sejak Puslitbang Penda masih ia pimpin sejak 2013.
Meski demikian, ia memberi catatan agar laptah dicetak biasa saja. “Ini saya kira terlalu lux. Padahal masih terbuka kemungkinan direvisi setelah dapat masukan dari narasumber. Sayang-sayang anggaran,” selorohnya.
Jika telah direvisi sesuai sejumlah masukan, lanjut Mas’ud, boleh saja dicetak lebih bagus lagi. Sebab, jika dicetak bagus agak disayangkan jika dibedah. “Saya berharap, laptah ini bermanfaat baik bagi pemerintah maupun masyarakat dalam melihat realitas perkembangan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan di negeri ini,” tandasnya.
Senada dengan Mas’ud, Guru Besar UIN Jakarta Prof. Dedi Zubaidi yang didaulat membedah laporan tahunan turut mengapresiasi laptah tersebut. Ia menilai, laptah bukan pekerjaan sederhana. Ia menyita waktu dan usaha yang luar biasa.
“Tentu saya tidak berpretensi untuk mengkritisi, tapi lebih mengedepankan apresiasi. Sebab, saya tahu bahwa ini merupakan kerja keras para peneliti. Saya pernah mengalami bagaimana menyusun sebuah laptah,” ujar mantan Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan ini.
Hadir dalam peluncuran tersebut, para undangan terdiri dari guru madrasah, guru pesantren, pengawas, akademisi, dan sejumlah pegawai dari Bimas Islam, Bimas non Islam, dan peneliti di lingkungan Balitbang Diklat. Selain Dedi Zubaidi, narasumber lain yang dijadwalkan membedah laptah yakni H. Ahmad Mustaqim. Namun hingga acara berakhir, anggota Komisi VIII DPR RI ini tidak ada konfirmasi. (Musthofa Asrori/bas)