Puslitbang Lektur Gelar Diskusi Bersama Pakar Filologi Jerman
Jakarta (1 Maret 2018). Puslibang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manejemen Organisasi hari ini, Kamis (01/03) menggelar diskusi bersama Prof.Edwin. P. Wieringa dari University of Cologne, Jerman. Ia merupakan pakar Filolog Indonesia yang juga Professor di bidang Kajian Islam Indonesia dan Asia Tenggara.
Diskusi yang mengusung tema “Penguatan Manajemen dan Pengembangan Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara” dihadiri oleh Kepala Puslitbang LKKMO M Zain, pejabat eselon III, dan peneliti Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
M Zain menyampaikan, diskusi ini merupakan bagian dari langkah membuat grand design terkait dengan akan dibentuknya Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara yang akan dilaunching pada tahun 2019.
Prof. Edwin Wieringa menyambut baik usaha pendirian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara ini.
Dalam paparannya ia mempertanyakan; Apakah naskah yang akan dihimpun oleh Pusat Kajian Manuskrip ini hanya fokus pada naskah keagamaan?. Bagaimana dengan naskah kesusastraan? Sebab, menurutnya, hampir sebagian besar naskah hikayat atau kesusteraan di Indonesia berisi pesan-pesan keagamaan.
“Lalu, apakah pusat ini hanya ingin menghimpun naskah-naskah yang berserakan, atau juga melakukan kajian naskah?,” tanyanya.
Dikatakannya, jika ingin menghimpun naskah, tentu saja harus ada deskripsi naskahnya dan kemudian menyusun katalog naskah. Katalog naskah juga memiliki banyak variasi, bisa dibuat secara singkat ataupun lengkap.
Ia juga mempertanyakan sejauhmana kerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang juga melakukan hal yang sama, seperti Manassa, Endangered Archives Program, dan DreamSea.
“Harapan tentunya mekanisme kerja Pusat kajian Naskah ini tidak overlapping dengan lembaga lain yang sejenis. Pengkotak-kotakan antar lembaga pernaskahan harus dihindari,” tuturnya.
Ia memberi masukan, untuk sebagai pembanding dalam pembentukan lembaga Pusat Kajian Manuskrip, Pusat Penelitian yang ada di Hamburg University bisa menjadi bandingan.
“Lembaga di Humburg ini merupakan Pusat kajian Manuskrip tingkat dunia terbesar. Lembaga ini menjadi sangat luar biasa karena ditopang dana yang besar juga serta publikasinya yang hebat,” ucapnya.
M Zain menegaskan, apa yang akan dilakukan oleh Pusat Kajian Manuskrip ini tidak akan tumpang tindih dengan lembaga sejenis, bahkan sebaliknya, lembaga Pusat Kajian Manuskrip ini mengintensifkan kerjasama dan bersinergi demi kepentingan riset dan publikasi.
“Tahun ini, Puslitbang LKKMO juga akan melakukan digitalisasi 20.000 lembar manuskrip bernuansa moderasi agama. Dengan kegiatan ini, kami ingin mengatakan bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang berkarakter moderat, bukan radikal,” papar M Zain.
Zain melanjutkan, lembaga ini nantinya akan melakukan beberapa kegiatan strategis terkait pernaskahan, seperti mendata, mengoleksi, dan mendigital naskah-naskah yang masih berserakan di beberapa wilayah di Indonesia.
“Lembaga ini juga diperuntukkan untuk mengkaji dan mempublikasi manuskrip serta bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. Saat ini, Puslitbang LKKMO sedang menyiapkan naskah akademik untuk pendirian lembaga dimaksud,” ungkapnya.
Edwin mengingatkan, tidak semua naskah nusantara ini bermuatan moderasi agama. Oleh sebab itu, naskah-naskah harus diseleksi terlebih dahulu, dipetakan, kemudian didigitalisasi.
Beberapa poin penting lainnya yang terungkap dalam diskusi adalah tentang penulisan book review secara baik dan benar. Menurut Edwin, book review dapat dilakukan secara sederhana yang hanya memuat review buku dan dihasilkan dalam dua tiga lembar, dan book review yang dibuat dalam bentuk artikel, dengan analisis yang lebih luas.
Edwin juga menyarankan menulis book review dalam bentukresearch article agar memiliki nilai kredit bagi para peneliti dan penulisnya. (NR,FI)
Penulis: Dodo
Sumber: kemenag.go.id