Radikalisme adalah Anak Kandung Globalisasi

8 Nov 2012
Radikalisme adalah Anak Kandung Globalisasi

Denpasar, 6/11 (Puslitbang 1) - “Radikalisme adalah anak kandung globalisasi”, demikian pernyataan Wakil Menteri Agama Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar saat menyampaikan Keynote Speech dalam  kegiatan Temu Riset Keagamaan Tingkat Nasional X yang dilaksanakan tanggal 6-9 Nopember 2012 di Hotel Grand Mega Resort, Kuta-Bali.

 

Menurutnya kemajuan iptek telah memaksa hadirnya globalisasi yang melahirkan suatu model peradaban yang kehadirannya lebih cepat dari kesiapan masyarakat itu sendiri. Hal ini telah menimbulkan multiple shock, sebagai contoh paham Asy’ariyah yang baru berada satu tingkat di atas Jabariyah, dipaksa berhadapan dengan Abduhisme (paham Muhammad Abduh) yang grade-nya berada dua tingkat di atas Mu’tazilah. Hal demikian telah melahirkan theology shock, yaitu kepanikan teologi sehingga lahirlah radikalisme. Jadi radikalisme sesungguhnya anak kandung dari globalisasi.

Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar juga menyebutkan bahwa keberhasilan Kementerian Agama (Kemenag) tidak hanya diukur dari keberhasilan memperoleh WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) tapi sejauhmana Kemenag dapat mengakrabkan ajaran agama dengan pemeluknya.  Dampak globalisasi telah melahirkan masyarakat yang hedonis, sehingga antara ajaran agama dan pemeluknya memiliki jarak yang jauh. Prof. Dr. H. Nazarudin Umar mengatakan salah satu tugas Kemenag adalah bagaimana mengartikulasikan ajaran agama dengan baik, sehingga masyarakat dapat enjoy dalam beragama dan mengamalkan agama dengan baik. Selama ini agama masih sering dianggap sumber ‘masalah’. Tugas tersebut menurutnya dapat dilakukan oleh para peneliti Balitbang Kemenag.

Disamping menyampaikan Keynote Speech, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar dalam kesempatan tersebut juga membuka acara secara resmi. Kegiatan Temu Riset ini mengambil tema “Riset Keagamaan dalam Lintasan Peradaban di Indonesia“,  diselenggarakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kemenag dan secara teknis dilaksanakan oleh Puslitbang Kehidupan Kegamaan.

Kegiatan ini dibuka dengan tarian khas Bali sebagai ungkapan selamat datang. Prof. Dr. Phil. Nur Kholis Setiawan, Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan dalam laporan pelaksanaan panitia mengatakan bahwa penyelenggaraan pembangunan di bidang keagamaan termasuk salah satu sektor yang rumit. Sektor ini terkait langsung dengan keyakinan individual (iman) dan juga nilai-nilai sosial yang sudah mengakar dalam masyarakat. Agama tidak hanya ditempatkan sebagai penunjang pembangunan, bahkan agama merupakan salah satu tujuan dalam pembangunan nasional. Untuk itu riset agama dan keagamaan menjadi hal yang penting untuk menganalisis kasus-kasus dan merekomendasikan solusi-solusi yang menjadi dasar pengambilan kebijakan Kementerian Agama. Untuk itu menurut Nur Kholis, Temu Riset ini sangat penting karena kegiatan ini akan lebih mendorong para peneliti di bidang agama dan keagamaan dalam mengembangkan diri, baik untuk kepentingan pengembangan keilmuan ataupun riset berbasis kebijakan. Diharapkan melalui kegiatan ini, terjadi peningkatan kualitas penelitian sehingga dapat tereksplorasi persoalan-persoalan kehidupan keagamaan yang bisa dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan.

Sementara itu Prof. Dr. Machasin Kepala Badan Litbang dan Diklat dalam sambutannya mengatakan bahwa tugas penelitian adalah mengkaji sedalam-dalamnya suatu masalah atau persoalan, kemudian mencoba untuk meramalkan dan mengontrolnya. Mengungkap apa yang dikatakan Muhammah Arkoun, menurutnya penelitian keagamaan disamping harus scientific, juga harus aplicated, yaitu dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dan bangsa.

Kegiatan Temu Riset Kegamaan Nasional X diikuti oleh 120 orang peserta  terdiri dari para peneliti utama dan peneliti muda di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, para pejabat di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, dan para akademisi (dosen/peneliti) dari beberapa perguruan tinggi di bawah Kementerian Agama, serta beberapa peneliti dari beberapa lembaga penelitian. (AJW)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI