Ramadan: "Retreat" Integritas Mewujudkan Agama Berdampak

Jakarta (BMBPSDM)---Bulan Ramadan bagi umat Islam bukan sekadar momen untuk menahan lapar dan dahaga di siang hari, tetapi juga momentum penting untuk pembinaan spiritual yang mendalam. Berbagai ibadah yang dioptimalkan selama Ramadan dapat menjadi wahana "retreat" integritas, yang pada akhirnya mewujudkan agama yang berdampak positif dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu dimensi ibadah yang secara langsung mendorong peningkatan integritas adalah puasa. Puasa mengajarkan kejujuran pada diri sendiri dan publik, mengingat hakikat puasa yang bersifat rahasia. Tidak ada yang benar-benar tahu apakah seseorang berpuasa dengan sungguh-sungguh kecuali dirinya sendiri dan Tuhan. Hal ini sejalan dengan hadis qudsi yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, "Setiap amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya" (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan bahwa puasa adalah ibadah yang sangat pribadi dan membutuhkan integritas tinggi.
ASN Kementerian Agama (Kemenag), khususnya yang beragama Islam, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga integritas, sesuai dengan salah satu nilai budaya kerja Kemenag. Integritas menjadi barang mahal di tengah maraknya berita tentang perilaku koruptif dan destruktif. Dalam konteks ini, Ramadan dapat menjadi sarana untuk mengasah kembali integritas yang mungkin telah tergerus oleh rutinitas dan godaan duniawi.
Konsep "agama berdampak" yang diusung Kemenag menemukan relevansinya dalam konteks Ramadan. Ibadah puasa, salat tarawih, tadarus Al-Qur'an, dan zakat fitrah bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana untuk transformasi diri. Melalui penghayatan makna ibadah-ibadah tersebut, diharapkan muncul kesadaran akan pentingnya integritas dalam segala aspek kehidupan.
Ija Suntana dalam tulisannya di Kompas berjudul: "Puasa Integritas" (2025) mengkritik banyaknya laporan korupsi dengan angka fantastis sebagai integritas yang terkikis. Padahal, pendekatan agama, seperti yang diwujudkan dalam ibadah Ramadan, memiliki potensi besar untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat secara positif.
Penguatan integritas melalui Ramadan dapat dilakukan melalui berbagai saluran. Pertama, saluran kebijakan dan budaya organisasi di Kemenag perlu diperkuat dengan memasukkan nilai-nilai integritas yang bersumber dari ajaran Islam.
Kedua, saluran keagamaan perlu dioptimalkan dengan memberikan pemahaman yang mendalam tentang makna ibadah Ramadan. Khutbah-khutbah tarawih, ceramah-ceramah agama, dan kajian-kajian Al-Qur'an dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan tentang integritas dan dampaknya dalam kehidupan sosial.
Selain itu, juga perlu adanya teladan dari para pemimpin dan tokoh agama dalam menunjukkan integritas dalam perilaku sehari-hari. Keteladanan ini akan memberikan inspirasi dan motivasi bagi ASN Kemenag dan masyarakat luas untuk ikut menjaga integritas.
Dengan demikian, Ramadan bukan sekadar bulan ibadah ritual, tetapi juga bulan "retreat" integritas yang dapat mewujudkan agama berdampak. Melalui penghayatan makna ibadah Ramadan dan penguatan saluran kebijakan serta budaya organisasi, diharapkan ASN Kemenag dapat menjadi agen perubahan yang menjunjung tinggi integritas dalam menjalankan tugasnya.
Ramadan akan tepat sebagai momentum untuk merefleksikan diri, memperbaiki diri, dan memperkuat integritas. Retreat integritas melalui Ramadan bukan sejam atau dua jam, bukan sehari atau dua hari, melainkan satu bulan penuh. Dengan integritas yang kokoh, kita dapat mewujudkan agama yang berdampak positif bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Sumber foto: google.com