REBORN #1: Strategi Baru Transformasi Madrasah, Apa Kata Para Ahli?
![REBORN #1: Strategi Baru Transformasi Madrasah, Apa Kata Para Ahli? REBORN #1: Strategi Baru Transformasi Madrasah, Apa Kata Para Ahli?](https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/news/reborn-1-strategi-image-1739413516.jpg)
Ciputat (BMBPSDM)---Pusat Pengembangan Kompetensi (Pusbangkom) Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama menggelar program Refleksi, Edukasi, dan Berbagi Obrolan Inspiratif (REBORN #1) dengan tema Transformasi Madrasah: Sinergi Guru dan Pengawas untuk Masa Depan Pendidikan. Acara ini menghadirkan dua narasumber, yakni Kepala MAN 9 Jakarta Timur, Rifqiati, dan Pengawas Madya Kementerian Agama Kota Jakarta Timur, Susiana Manisih.
Dalam diskusinya, Rifqiati mengungkapkan bahwa Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) No. 21 Tahun 2024 belum menjadi topik hangat di kalangan kepala madrasah, meskipun regulasi mengatur jenjang karier guru dan kepala madrasah sebagai satuan pendidikan.
“Istilahnya berubah, namun tugasnya masih sama. Kami masih menunggu regulasi lebih lanjut terkait perbedaan peran antara pengawas madrasah dan pendamping satuan pendidikan,” ujarnya di Ciputat, Rabu (12/02/2025).
Tantangan dan Keberhasilan Transformasi Madrasah
Tantangan utama dalam transformasi madrasah adalah kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama guru dan pengawas. Rifqiati menyoroti pentingnya sinergi antara kepala madrasah, pengawas, dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan.
“Kami sangat terbantu dengan pendampingan dari Ibu Susiana yang aktif dalam pembinaan guru serta analisis permasalahan di madrasah,” tambahnya.
Salah satu keberhasilan sinergi ini, lanjut Rifqiati, terlihat dalam pencapaian MAN 9 Jakarta Timur, yang berhasil meningkatkan tingkat penerimaan siswa di perguruan tinggi negeri hingga 84,72 persen serta meraih nilai 100 dalam Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) untuk literasi.
“Keberhasilan ini tidak lepas dari pendampingan pengawas yang terus memberi arahan dan motivasi,” ungkapnya.
Ia berharap transformasi madrasah terus didukung dengan pelatihan bagi guru dan pengawas, khususnya dalam bidang kepemimpinan, pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), serta metode pembelajaran inovatif.
“Kolaborasi yang erat antara guru, kepala madrasah, dan pengawas akan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” pungkasnya.
Senada dengan Rifqiati, Susiana Manisih menilai regulasi ini justru memperkuat transformasi pendidikan yang telah dimulai sebelumnya. Menurutnya, pengawas tidak hanya berperan sebagai quality assurance, tetapi juga sebagai quality improvement. “Kami harus mengenali kebutuhan setiap madrasah karena masing-masing memiliki tantangan yang berbeda,” jelasnya.
Susiana menekankan bahwa komunikasi adalah kunci utama. “Pendekatan personal terhadap guru dan kepala madrasah sangat penting agar pengawas dapat memahami kebutuhan mereka,” katanya.
Lebih lanjut, Susiana menjelaskan bahwa pengawas harus mampu memetakan potensi madrasah binaannya dengan menganalisis data serta melakukan pendekatan langsung.
“Pendampingan yang efektif bukan sekadar mengawasi, tetapi juga memberikan solusi konkret dari berbagi praktik baik,” pungkasnya.
Dipandu widyaiswara Mukhamad Naili Fijjar, acara ini menjadi wadah refleksi bagi insan pendidikan dalam menghadapi tantangan transformasi madrasah dan semakin memperkuat sinergi demi masa depan pendidikan yang lebih baik.
(Halimah Dwi Putri)