Religiosity Index Pemetaan Persoalan Keagamaan Berbasis Riset

11 Mei 2023
Religiosity Index Pemetaan Persoalan Keagamaan Berbasis Riset
Kepala Balitbang Diklat Prof. Suyitno saat menyampaikan arahan pada Penyusunan Instrumen Survei Religiosity Index di Jakarta, Kamis (11/5/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Deteksi Dini Konflik Keagamaan berbeda dengan Religiosity Index (Relix). Satu berbasis pelatihan, sementara yang lain berbasis survei. Dua hal ini sama penting dan saling mendukung.

“Deteksi dini merupakan sebuah sistem pelaporan berbagai situasi potensi konflik yang kemudian dianalisis untuk menghasilkan mitigasi dari potensi disharmoni. Sementara Relix adalah pemetaan kondisi keagamaan melalui survei,” ujar Kepala Balitbang Diklat Prof. Suyitno di Jakarta, Kamis (11/5/2023).

Menurutnya, Relix mengukur persoalan keagamaan ukhuwwah diniyyah (agama), ukhuwah wathaniyah (kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (umat manusia). “Tiga poin ini yang perlu dilihat dan diukur,” tuturnya.

“Kemenag harus mengambil bagian dalam konteks based on research terkait data-data yang menggambarkan tentang peta persoalan tentang keagamaan,” kata Guru Besar UIN Raden Fatah ini.

Lebih lanjut, Kaban juga mengimbau untuk merespon isu-isu lingkungan, sebab hal ini berkaitan pula dengan aktivitas keagamaan. Lingkungan menjadi sesuatu yang harus direspon secara wedges approach, tidak semata-matadari sudut pandang lingkungan itu sendiri.

“Hati-hati jika ada tokoh agama yang menganggap isu lingkungan tidak penting atau tidak berhubungan dengan aktivitas keagamaan. Saat ini implikasi dari climate change terasa betul, masa tokoh agama tidak menganggap ini sebagai suatu persoalan keagamaan?,” ungkapnya melalui pertanyaan retorik.

Selain itu, pria kelahiran Tulungagung ini pun berpesan agar merespon fenomena politik identitas sesuai dengan arahan Gus Men. “Dalam instrumen ini perlu tergambar pula kondisi politik identitas, ini sebagai upaya pemerintah dalam merespon fenomena tersebut,” tuturnya.

Terakhir, Kaban mengajak agar yang terlibat dalam survei untuk berkolaborasi dengan kampus karena bisa jadi beberapa kampus memiliki referensi sebelumnya. “Sinergi dan kolaborasi itu penting,” tandasnya.

Hadir pada kesempatan itu Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Arfi Hatim, Tenaga Ahli Menteri Agama Mahmud Syaltout, Tenaga Ahli Menteri Agama Hasanuddin Ali, peneliti BRIN, dan pejabat struktural serta fungsional di lingkungan Puslitbang BLAK.

Diad/Bas

 

Penulis: Dewi Indah Ayu
Editor: Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI