Saatnya ASN Perform dengan Outcome Based
Sragen (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Suyitno mengatakan bekerja yang baik itu berbasis pada outcome based, tidak lagi output based. How to get out come? Misal, implikasinya apabila guru memberikan pengajaran, lalu ada impact dengan capaian pembelajaran naik, kompetensi anak didiknya naik, itulah outcome.
“Tetapi, kalau hanya sesuai dengan standar pelayanan minimum bekerja, ASN tersebut masih pada basis kerja, bukan kinerja,” ujar Kaban saat memberikan arahan pada pelaksanaan Orientasi Pengenalan Nilai dan Etika pada Instansi Pemerintah bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang dilaksanakan BDK Semarang, di Sragen, Sabtu (15/10/2023).
Harusnya, kata Kaban, ASN yang baik itu berbasis kinerja. Kinerja itu bermuatan produk, kalau berbasis kerja lebih pada rutinitas ASN, yang penting masuk jam 07.00 pulang jam 04.00, atau memenuhi kewajiban jam pelajaran setiap minggunya.
Hal yang sama dengan para penyuluh, kehadirannya harus memberikan implikasi kepada masyarakat. Penyuluh harus menjadi insider yang mampu memberikan pencerahan, dan menjelaskan program-program pemerintah.
“Apa pun itu, sebagai proses agar kita menjadi ASN yang perform, profesional, dan yang lebih penting lagi mengedepankan budaya kerja yang baik. Seorang ASN juga itu harus tampil yang menggambarkan institusinya,” ucap pria kelahiran Tulungagung ini.
Perform dimaksud Kaban, ialah supaya orang ketika kita layani itu, pertama menghargai siapa kita, dan lembaga atau institusi kita belakangan ini. Harus diyakinkan, dengan kehadiran kita sebagai ASN mampu melejitkan prestasi institusinya.
Pada kesempatan tersebut, Kaban juga mengingatkan bahwa Kemenag itu tugasnya sangat banyak. Bicara pendidikan, haji, halal, moderasi beragama. Kita sebagai ASN-nya, harus tahu hal yang sedikit secara umum, dan tahu banyak di bidang kita. Inilah yang disebut perform cara menyapa kita, agar orang menjadi simpati.
“Jadi, jangan bekerja berdasarkan yang penting kerja, berarti kerja kita itu baru minimalis. Bagaimanapun, basisnya harus maksimal, jika kemudian dengan berbagai hambatan hasilnya minimal itu bukan target, tetapi itu proses,” tegas Kaban.
Tapi, lanjut Kaban, kalau sejak awal menargetkan yang penting kerja, bisa-bisa di bawahnya minimal, yaitu gagal. Sementara kalau targetnya maksimal, di bawahnya maksimal mendapatkan minimal, jadi agregatnya gagal-minimal-maksimal.
Terakhir, Kaban mengajak seluruh peserta untuk bersyukur karena telah diangkat menjadi ASN Kemenag. Dengan semua proses yang telah dilewatinya, Tuhan telah memilih kita memberikan amanah sebagai ASN. “Jutaan orang di luar sana yang nasibnya belum beruntung,” pungkas Kaban. (Barjah/bas/sri)