Sesban Muharam: Perlu Waspadai Dampak Negatif Era Digital

27 Okt 2022
Sesban Muharam: Perlu Waspadai Dampak Negatif Era Digital
Sesban Muharam berpose bersama peserta fullday layanan perpustakaan.

Jakarta (Balitbang Diklat)---Sekretaris Badan (Sesban) Litbang dan Diklat Kemenag, H Muharam Marzuki, mengatakan di Kemenag ini banyak sekali layanan langsung maupun digital kepada masyarakat, baik terkait urusan keagamaan maupun pendidikan. Di era digital, layanan melalui media sosial tidak hanya berdampak positif. Namun juga ada dampak negatifnya. Oleh karena itu, perlu diwaspadai.

Hal tersebut dikatakan Sesban Muharam saat didaulat berbicara dalam kegiatan fullday bertema Pengelolaan dan Pengembangan Perpustakaan: Optimalisasi Layanan Publik untuk Masyarakat Digital yang diinisiasi Bagian Umum dan Perpustakaan Sekretariat Balitbang Diklat, Selasa (25/10/2022).

“Terkadang ada layanan keagamaan, nuansanya agama, tapi menyebarkan paham atau gerakan yang berhubungan dengan intoleransi atau radikalisme. Maka ini juga menjadi problem. Jadi, layanan digital tidak hanya bagus, memang cepat dan mudah, murah, tepat waktu. Tapi di sisi lain juga ada persoalan yang harus kita waspadai,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, para pegawai harus bisa mengantisipasi dan mencari jalan keluar khususnya bagi ASN di Kemenag. Karena, agama merupakan layanan yang sangat sensitif. “Sedikit saja digoyang, umat akan bereaksi ketika agamanya merasa disentuh,” tutur mantan Kepala Puslitbang BALK Balitbang Diklat ini.

Sesban mengatakan perlu cara untuk menghindari dan menanggulangi konten-konten negatif, khususnya kita yang berada di struktur organisasi pemerintahan. Bukannya malah menggoreng informasi menjadi tambah hebat, tapi bagaimana kita harus menjadikan informasi hoaks atau tidak benar atau mengandung unsur intoleransi bisa tetap terjaga.

“Apalagi di jajaran kepegawaian ini tidak boleh menyebarkan dan membuat informasi hoaks. Kami mohon berhati-hati. Oleh karena itu, kita perlu ada semacam filter yang menjaga. Itu dari sisi layanan,” tutur mantan Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam ini.

Kedua, lanjut Sesban, terkait layanan pendidikan. Dari seluruh agama yang ada di Indonesia, Kemenag memiliki layanan terkait pendidikan baik formal maupun nonformal yang luar biasa banyak. “Selain itu, juga ada pendidikan informal di lingkungan keluarga,” paparnya.

Layanan Berbasis Digital

Terkait pengembangan perpustakaan, lanjut Sesban, layanan publik berbasis digital itu tentu sangat dibutuhkan. Utamanya publikasi buku dan jurnal. Ini juga bagian yang dikelola Kemenag.

“Nah, masalahnya sekarang bahwa masyarakat mulai kurang berminat membaca buku. Saya melihat bahwa di setiap BDK itu ada perpustakaan. Saya tanya ke Kepala Balai dan pengelolanya, ternyata pengunjung perpustakaan tidak setiap hari ada,” ungkapnya.

Doktor jebolan Universitas Baranas Hindu India tahun 1993 ini melihat fenomena bahwa masyarakat lebih senang membaca media sosial. Ini tentu menjadi problematika kita termasuk di lembaga pendidikan.

“Oleh karena itu, layanan perpustakaan juga perlu mengantisipasi secara digital dari berbagai aspek. Di Kementerian Agama alhamdulillah layanan itu sudah terdigitalisasi. Meski demikian, masih ada kekurangan di sana-sini. Saya minta pengelola perpus menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi,” pesan Sesban.

Efektivitas dan Efisiensi Layanan

Hariyah selaku Subkoordinator Perpustakaan Balitbang Diklat Kemenag yang memoderatori acara mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan publik di lingkungan Balitbang Diklat Kemenag dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

“Kegiatan ini mengundang Bapak Ivan Syahreza, Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan (LAIP), Ditjen Aptika, Kementerian Kominfo,” kata Hariyah.

Acara ini, lanjut dia, dalam rangka memberikan penguatan kepada ASN yang memiliki tugas layanan kepada masyarakat, khususnya pengelola perpustakaan. “Kendalanya memang kita ingin memberi layanan efektif dan efisien. Tapi, di satu sisi ada sisi-sisi negatif yang terdampak dari penggunaan teknologi digital,” ujarnya.

Acara yang digelar secara hybrid ini juga dihadiri sejumlah peserta secara daring dari 18 unit kerja di lingkungan Balitbang Diklat. Yakni, 2 Pusdiklat, 12 BDK, 2 BLA, dan 2 LDK. Fullday tersebut dilaksanakan di Four Points by Sheraton Jakarta, Thamrin Jl MH Thamrin Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. (Ova/bas)

 

Penulis: Mustofa Asrori
Editor: Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI