Tahun 2024 Balitbang Diklat Miliki Jurnal Terindeks Scopus

21 Nov 2023
Tahun 2024 Balitbang Diklat Miliki Jurnal Terindeks Scopus
Kaban Suyitno saat memberikan arahan pada kegiatan Koordinasi Pengelolaan Open Journal System (OJS) di lingkungan Balitbang Diklat, di Yogyakarta, Selasa (21/11/2023).

Yogyakarta (Balitbang Diklat)---Pada 2024 nanti, Balitbang Diklat memastikan jurnal-jurnal yang memang sudah tidak sehat akan dieksekusi. Selanjutnya, untuk jurnal yang sehat akan di-backup secara maksimal.

 

“Pada 2024, minimal kita memiliki satu jurnal yang terindeks scopus. Ini target kita awal 2024,” tegas Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama Prof. Suyitno saat memberikan arahan pada kegiatan Koordinasi Pengelolaan Open Journal System (OJS) di lingkungan Balitbang Diklat, di Yogyakarta, Selasa (21/11/2023). 

 

Suyitno mengatakan, Balitbang Diklat saat ini kaya dengan jurnal. Hampir semua unit di lingkungan Balitbang Diklat memiliki jurnal. Menurutnya, ini merupakan modal kekayaan yang sangat luar biasa.

 

“Program jurnal itu bukan hal mudah, sangat rumit, dari mulai gaya selingkung, konsistensi, sitasi yang harus luas, mitra bestarinya harus kuat, itulah problem jurnal dari dulu. Tetapi, yang tidak kalah pentingnya adalah tulisan yang harus berkualitas, bukan asal yang penting ada artikel masuk,” imbuhnya.

 

Problem Balitbang Diklat saat ini, kata Suyinto, setelah tidak lagi membidangi penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (Litbangjirap), apakah kita masih relevan memiliki jurnal sebanyak itu. “Semangat boleh, tetapi harus mengukur human resource,” ujar Suyitno.

 

Dulu, kata Suyitno, kita euforia dengan jurnal, dengan kita masih memiliki para peneliti, Balitbang diklat mengalami masa kejayaan, golden age. Tetapi, kita belum memiliki jurnal yang terindeks scopus.

 

“Pada kesempatan ini mari kita bedah, artinya mencari di mana penyakitnya, yang menyebabkan kita tidak memiliki satu pun jurnal yang belum sampai terindeks scopus. Diagnosis yang paling awam, menurut saya ini adalah kebanyakan jurnal dan tidak berbanding lurus dengan SDM yang kita miliki,” ungkapnya.

 

Maka, kata Suyitno, hadirnya pengelola jurnal dari masing-masing UIN yang sudah terindeks scopus ini, untuk mendengarkan bagaimana jatuh bangunnya proses mengelola jurnal. Dari hasil bedah tersebut, apa yang akan kita lakukan? Apakah perlu di-merger atau bagaimana itu pilihan-pilihan.

 

Problem berikutnya, lanjut Suyitno, bicara sitasi pasti terbatas karena Balitbang Diklat tidak memiliki konstituen yang pasti, padahal itu termasuk rukunnya menuju terindeks scopus. Tantangan akan optimis kalau jurnalnya dirampingkan lebih sedikit. Artinya, ada langkah-langkah yang measurable

 

“Pada kesempatan ini, para pengelola jurnal di UIN yang sudah terindeks sopus tersebut memberikan insight dan pendampingan. Karena, tentu kita tidak mungkin membiarkan jurnal yang sudah tidak berdaya dan tidak bermutu,” pungkas Kaban. (Barjah/bas/sri)

   

 

Penulis: Barjah
Sumber: BLA Semarang
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI