Ukur Dampak Kebermanfaatan PIP/KIP, Kaban: Jangan Ada Kesalahan Target Penerima
Jakarta (BMBPSDM)---Puslitbang Strategi Kebijakan Pendidikan dan Keagamaan bekerja sama dengan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung melaksanakan Survei Kebermanfaatan PIP/KIP Kuliah. Riset tersebut memfokuskan pada “Dampak Program PIP/KIP Kuliah terhadap Pengurangan Beban Pengeluaran Rumah Tangga dan Penurunan Angka Putus Sekolah.”
Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Suyitno mengatakan dua kata kunci yang menjadi dasar penelitian harus dilihat before dan after-nya, terutama bagi para orang tua. “Dampak harus diukur dari sebelum dan sesudah seseorang menerima PIP/KIP,” ungkapnya di Jakarta, Senin (25/11/2024).
“Misalnya, penghasilan orang tua sebelum menerima PIP/KIP berapa dan setelah menerima berapa. Jika berdampak pada pengurangan beban pengeluaran rumah tangga, maka bisa dilihat dari sisi ini,” imbuhnya.
Menurut Kaban, skala likert yang digunakan juga bisa memengaruhi hasil survei ini. Semakin banyak opsi yang dipakai, maka semakin banyak ragam jawaban. Namun, bisa skala likert yang digunakan hanya terbatas pada dua opsi setuju atau tidak setuju, iya atau tidak, maka akan lebih terlihat jelas.
“Seperti contoh, pada poin bantuan tepat waktu terdapat beberapa pertanyaan yang jawabannya rancu. Meskipun tidak banyak jika dibandingkan yang setuju,” katanya.
Lebih lanjut, Kaban menggarisbawahi pertanyaan terkait PIP/KIP yang memotivasi melanjutkan studi. Pada poin tersebut, masih ada jawaban yang tidak setuju.
Menurut pendapat Kaban, hal ini menjadi aneh mengingat idealnya peserta seharusnya merasa termotivasi untuk melanjutkan sekolah setelah mendapat bantuan.
“Seluruh responden, harus sudah dipetakan agar data relevan sesuai dengan sasaran, baik PIP maupun KIP,” imbaunya.
Kaban menyarankan agar anomali data yang ada bisa dikejar dengan in-depth interview sehingga menggali lebih dalam kondisi dari responden. Rekomendasi yang dihasilkan bisa dikejar dengan data-data pendukung yang diperoleh dari in-depth interview tersebut.
“Perlu mengecek data wilayah responden, sehingga akan diketahui permasalahan yang sesungguhnya. Hal-hal inilah yang bisa dijadikan rekomendasi bagi kampus atau sekolah dalam menghadapi penerima PIP/KIP,” tuturnya.
“Jangan sampai ada kesalahan target penerima,” tegasnya.
Terakhir, Kaban Suyitno mengimbau agar ada program khusus sebagai rekomendasi bagi kampus. Ada pembinaan yang dilakukan oleh madrasah atau kampus terkait menumbuhkan motivasi belajar atau mencapai prestasi tertentu.
Harapannya, rekomendasi bisa sesuai agar dampak dari semangat dan cita-cita PIP/KIP dapat terwujud. “Jangan sampai kita memberikan bantuan pada orang yang salah,” pungkasnya.
Hadir pada kesempatan tersebut, Kepala Puslitbang Strategi Kebijakan Pendidikan dan Keagamaan Rohmat Mulyana Sapdi, Plt. Kasubbag Irhason, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung Fakry Hamdani, dan tim peneliti. (Dewi Indah Ayu D)