ASPEK SOSIAL BUDAYA JAMAAH HAJI PADA MASYARAKAT SUNDA
ASPEK SOSIAL BUDAYA JAMAAH HAJI PADA MASYARAKAT SUNDA
DRS. ADUL AZIZ MA.
73 halaman
DEPARTEMEN AGAMA
BALAI PENELITIAN AGAMA DAN KEMASYARAKATAN
JAKARTA 1993 / 1994
Ibadah haji pada dasarnya merupakan tindakan keagamaan yang melibatkan komitmen dan pengalaman seseorang. Dengan kata lain, meskipun ibadah ini merupakan bagian dari sistem kepercayaan yag berdimensi universal dan abadi, yaitu ajaran Islam, namun ia tidak dapat melepaskan diri dari proses sejarah manusia yang bersifat temporer dan lokal. Konsekuensinya, berbagai aspek sosial budaya akan selalu turut serta mewarnai realitas pelaksanaan ibadah haji oleh masyarakat.
Tujuan penelitian mengenai aspek sosial budaya jamah haji pada komunitas sunda ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Mencari penjelasan mengenai corak komitmen keagamaan orang sunda dalam menunaikan kewajiban haji, khususnya dalam melakukan persiapan-persiapan baik material maupun non-material.
2. Mengidentifikasi berbagai praktek upacara keagamaan yang dilakukanorang sunda sebelum keberangkatan ke Mekkah dan sesudah kembali keempat masing-masing.
3. Merekam berbagai pengalaman yang diperoleh Jamaah Haji asal sunda secara individual (atau secara kolektif jika ada) selama mereka melaksanakanproses Ibadah di Mekkah.
Dengan mengacu kepada kecenderungan di atas, penelitian ini setidaknya mengungkapkan dua hal pokok. pertama, ajaran Islam tentang Haji secara doctrinal sebenarnya tersosialisasikan dan dilaksanakan relatif utuh oleh masyarakat, sesuai tatacara yang telah ditetapkan dalam doktrin itu sendiri. Dikatakan “relatif” oleh karena pada kenyataannya masyarakat mempersepsikan Haji berfungsi hanya dalam kapasitasnya sebagai salah satu kewajiban yang nilainya setara dengan kewajiban agama lainnya, melainkanjuga berfungsi sebagai suatu satuan waktu dan ruang dimana amal baik dan buruk langsung memperoleh balasannya yang setimpal.
Ibadah Haji pada intinya adalah ajaran agama yang tidak dapat sepenuhnya melepaskan diri proses-proses kebudayaan para pemeluk agama itu sendiri. “kreatifitas” orang sunda untuk memasukkan unsur-unsur kebudayaan mereka sehingga bertali temali dengan doktrin agama yang baku seperti haji, menjadi agama benar-benar amat fungsional dalam kehidupan mereka, sehingga pemurnian unsur-unsur kebudayaan ini hinga ke tingkat yang paling “bersih”, boleh jadi akan membuat Ibadah Haji sebagai suatu kegiatan yang berkurang kadar fungsionalnya bag para pemeluk itu.***