Capacity Building: Setiap yang Dilakukan Secara Personal, Akan Berdampak Terhadap Institusional

20 Feb 2024
Capacity Building: Setiap yang Dilakukan Secara Personal, Akan Berdampak Terhadap Institusional
Kaban Suyitno saat membuka kegiatan Capacity Building pegawai di Bogor, Selasa (20/2/2024).

Bogor (Balitbang Diklat)---Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, Suyitno, menyoroti pentingnya membangun kapasitas personal dan institusional bagi setiap individu. Semua orang memiliki peran yang penting, dan tidak boleh ada yang merasa bahwa perannya hanya sepele.

 

“Seperti sebuah kendaraan, setiap bagian memiliki fungsi penting untuk menjadikan organisasi berjalan dengan baik, tidak mungkin sebuah organisasi akan prima jika personalnya merasa tidak penting dan tidak fungsional," ujar Suyitno saat membuka kegiatan Capacity Building pegawai di Bogor, Selasa (20/2/2024).

 

Dalam upaya membangun kapasitas, Suyitno menyebutkan ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kebutuhan personal dan kebutuhan institusional. Ia mengibaratkan seperti mesin, manusia juga membutuhkan waktu istirahat. Jika kapasitas kerja personal tidak dibangun, akan berdampak buruk pada personaliti individu. 

 

“Bahaya dari kejenuhan bisa mengarah pada perilaku menyalahkan orang lain, yang pada akhirnya akan menguras energi positif,” tegas Suyitno.

 

Lebih lanjut, Suyitno menegaskan bahwa capacity building tidak boleh dianggap sebagai rutinitas semata, melainkan sebagai upaya sungguh-sungguh untuk membangkitkan kembali semangat dan kesegaran. Tujuan dari acara ini adalah untuk membangun kapasitas personal yang dapat tercermin dalam bentuk capacity building.

 

Suyitno juga menyoroti masalah kerja individu yang seringkali berdampak pada ego personal. Ia menekankan pentingnya membangun kerja kelompok dan dinamika kelompok dalam sebuah organisasi. Menurutnya, semua individu memiliki relasi yang merupakan bagian dari relasi institusional.

 

Dalam penutupannya, Suyitno berharap bahwa apa pun yang dilakukan oleh setiap individu akan meninggalkan jejak yang positif atau negatif. Dia menegaskan pentingnya memiliki legacy positif agar dapat dikenang dengan baik hingga saat meninggalkan jabatan.

 

"Hidup adalah pilihan, mau memiliki legacy positif atau legacy negatif, agar dikenang sampai saat kita pensiun," kata Suyitno dengan penuh semangat. (Barjah/bas/sri)

   

 

Penulis: Barjah
Sumber: Barjah
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI