Isyarat Bukan Hanya Bahasa Orang Yang Berkebutuhan Khusus
Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Suyitno, mengatakan banyak hal yang bisa kita petik dari kegiatan ini. Bukan hanya negara telah anti diskriminasi, tapi juga kita jadi memahami bahwa pesan itu lebih mudah dipahami ketika disampaikan dengan isyarat daripada dengan verbal. Hal ini sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Isyarat itu sesungguhnya bukan hanya berlaku bagi orang yang berkebutuhan khusus namun juga bagi orang yang tidak berkebutuhan khusus.
“Yang menarik adalah isyarat ini juga berlaku pada Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah tibyaanan likulli syai’. Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat banyak isyarat yang harus dipahami oleh siapa pun karena Al-Qur’an adalah kitab yang solutif. Sehingga siapa pun dapat memahami dan berusaha memahami dengan berbagai tingkat kecerdasannya. Banyak isyarat-isyarat dalam Al-Qur’an yang harus diungkap dengan belajar, baik bagi orang yang berkebutuhan khusus maupun tidak,” ujar Kaban
Hal tersebut dikemukakan Kaban saat memberikan arahan sekaligus membuka secara resmi kegiatan Penyusunan Mushaf Al-Qur’an Isyarat dan Kamus Kosaisyarat Ke-Islam-an bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW) yang diselenggarakan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ), di Hotel Santika Premier Hayam Wuruk Jakarta, Selasa, (13/62023).
Menurut Kaban, dalam konteks Al-Qur’an, konsep pertamanya adalah Al-Qur’an itu hudallinas. Jadi bisa dijadikan petunjuk oleh semua manusia. Siapa pun kita asal namanya manusia kita berhak mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai paket komplit itu juga bisa dipersepsi dengan sesuatu yang sifatnya gampang.
Ada pesan menarik, lanjut Kaban, dari Gus Baha bahwa betapa Islam itu sebagai agama yang memberikan pengayoman kepada semuanya. Keberagaman itu pun juga diberi justifikasi oleh Al-Qur’an. “Sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Hujurat: 13, bahwa Allah menciptakan manusia dalam kondisi beragam. Dapat kita lihat dari tampilan dhahir-nya seperti cara berpakaian dan lain-lain. Maka, surga itu menjadi peluang bagi kita semua dengan semaksimal mungkin kemampuan kita, baik yang berkebutuhan khusus maupun tidak,” kata Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.
“Saya doakan semoga ini semua bisa membantu PDSRW. Semoga teman-teman juga bisa bertambah ilmunya,” pungkas Kaban Suyitno.
Pada kesempatan ini, Ketua Tim Kegiatan Penyusunan Mushaf Al-Qur’an Isyarat bagi PDSRW, Deni Hudaeny, melaporkan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa penyandang disabilitas mendapatkan hak keagamaan.
“Kami melakukan kegiatan ini dengan metode FGD melalui kelompok kerja dengan penyesuaian terhadap Mushaf Al-Qur’an yang ditashih. Kita akan mentashih Mushaf Al-Qur’an Isyarat metode Kitabah pra cetak juz 7, 8, 9. Kelompok kosaisyarat akan mendiskusikan sekitar 50-60 kosaisyarat baru serta deskripsi beberapa nama surah,” kata Deni. (Ida Zulfiya)